Mohon tunggu...
Hany shofia
Hany shofia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Lakukan semua pekerjaan sebaik mungkin dan jangan mudah pantang menyerah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Studi Pustaka Peristiwa Rengasdengklok Ketegangan antara Golongan Pemuda dan Golongan Tua

17 Maret 2024   07:01 Diperbarui: 17 Maret 2024   07:16 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
                             Sumber: Seketsa Rengasdengklok Photos 

3. Sugiyono, menurut beliau studi pustaka adalah kajian teoritis, referensi serta literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan budaya, nilai, dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti.

B. Metode Penelitian

    Metode yang digunakan dalam studi pustaka dilakukan dengan kegiatan literasi berupa bacaan, literatur, jurnal penelitian, buku, media massa,  dan internet. Langkah yang dilakukan dalam mengetahui dan mencari berbagai informasi yang mengkaji peristiwa sekitar Proklamasi Kemerdekaan RI yaitu peristiwa Rengasdengklok, langlah selanjutnya memfokuskan sumber pustaka tentang peristiwa Rengasdengklok, dan melakukan pengkajian terhadap hasil studi pustaka peristiwa Rengasdengklok.


C. Hasil dan Pembahasan

    Pada tanggal 14 Agustus 1945, Sutan Syahrir mendengar kekalahan Jepang terhadap Sekutu dari radio Domei dan ia menyampaikan berita kekalahan ini kepada Ir. Soekarnodan Drs. Moh. Hatta yang baru pulang dari Dalat, Saigon, Vietnam. Pak Soekarno tidak yakin dengan berita tersebut dan berpendapat menunggu kepastian benar tidaknya berita tersebut serta menunggu kepastian janji kemerdekaan negara Indonesia yang dijanjikan Jepang.

    Sementara itu, Chairul Saleh yang memimpin rapat forum perkumpulan pemuda Menteng 31 dalam rapat Cikini 71 memutuskan untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanggal 16 Agustus 1945 tanpa harus menunggu pemberian kemerdekaan Indonesia dari Jepang. Alasannya, karena ini menyangkut masa depan Indonesia jadi yang berhak memutuskan negara Indonesia sendiri. Pak Soekarno menolak usulan oleh para pemuda yang diwakili Wikana dan Darwis pada tanggal 15 Agustus 1945  untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 16 Agusuts 1945. Pak Soekarno tidak ingin mengingkari tanggung jawab sebagai Ketua PPKI terhadap Jepang sehingga menolak usulan para pemuda tersebut.

    Golongan tua terdiri dari Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr. Achmad Subarjo, anggota BPUPKI dan PPKI, sedangkan golongan muda terdiri dari Sukarni, Chaerul Saleh, Yusuf Kunto, Dr. Muwardi, Shodanco Singgih, Wikana, Sayuti Melik, Sudiro, BM Diah, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Adam Malik, Armansjah. Karena tidak terjadi kesepakatan antara para pemuda dengan Pak Soekarno, akhirnya para pemuda melakukan penculikan terhadap Pak Soekarno, Ibu Fatmawati, Guntur berusia 9 bulan, dan Pak Moh. Hatta pada Kamis, 16 Agustus 1945 pukul 04.00 WIB dibawa para pemuda yang dipimpin anggota PETA Shodanco Singgih dan untuk menghindari kecurigaan Jepang, kedua tokoh proklamasi mengenakan seragam PETA.

    Golongan muda diwakili Wikana dan golongan tua diwakili Pak Ahmad Subardjo mengadakan pertemuan untuk membuat kesepakatan tentang pelaksanaan proklamasi kemerdekaan Indonesia dilaksanakan di Jakarta pada Jumat, 17 Agustus 1945 paling lambat pukul 10.00 dengan Pak Ahmad Subardjo sebagai jaminan nyawa beliau bila tidak terjadi proklamasi kemerdekaan Indonesia sesuai dengan kesepakatan yang terjadi. Rombongan Pak Ahmad Soebardjo diantar Yusuf Kunto dan Sudiro bertemu Pak Soekarno di Rengasdengklok pukul 17.30, pada 16 Agustus 1945.

    Renagsdengklok adalah rumah milik Djiaw Kie Siong seorang keturunan Tionghoa yang rumahnya dipinjam tentara PETA untuk mengamankan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta dari pengaruh Jepang untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.Rumah bersejarah  ini sekarang dijaga oleh ahli waris Djiaw Kie Siong. Bila berkunjung ke rumah ini, pengunjung dapat melihat langsung foto Djiaw Kie Siong di pintu utama. Rumah dengan dinding kayu berwarna biru dan lantai ubin khas tempo dulu masih berdiri kokoh sampai saat ini. Terdapat juga tempat tidur ukiran kayu yang pernah ditempati Pak Soekarno dulu.

Sumber Gambar : koransulindo.com peristiwa rengasdengklok menjelang detik-detik proklamasi 
Sumber Gambar : koransulindo.com peristiwa rengasdengklok menjelang detik-detik proklamasi 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun