Mohon tunggu...
I Nyoman  Tika
I Nyoman Tika Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

menulis sebagai pelayanan. Jurusan Kimia Undiksha, www.biokimiaedu.com, email: nyomanntika@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Sawo: Antara Takhayul dan Studi Farmakologi

14 Mei 2024   10:53 Diperbarui: 14 Mei 2024   11:43 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengingat buah sawo, rasanya manis, baru dipetik getahnya putih, isi dagingnya  berwarna coklat  empuk, membuat ketagihan.  Tentu kalau dia dipetik sudah matang  ranum, namun tak sedikit yang tergesa-gesa memetiknya maka rasanya memang bisa berbeda.

Sawo termasuk buah klimaterik. Dipetik mentah, lalu bisa menjadi masak, karena laju respirasi yang terus terjadi, berbeda dengan rambutan misalnya di petik hijau, lalu tidak berubah malah kering dan rusak.  Contok buah klimaterik lain adalah   mangga, pisang, pepaya, jambu, nangka, durian, sirsak, melon, dan manggis. Buah tersebut manis dan banyak gizinya.

Ada kisah menarik, tanaman sawo, memang salah satu tanaman, tidak diizinkan  di tanam di pekarangan rumah kami. Budaya di  keluarga kami, Di Klungkung ada  cerita menarik perihal tanaman ini, larangan itu, berkaitan dengan  akarnya bisa masuk ke dasar rumah, ini pemali,  sehingga praktis  tanaman sawo tidak ditanam dipekarangan rumah. 

Dahulu pernah ada, Ketika saya masih kecil,  paman saya di sebelah rumah memiliki pohon sawo besar, saya sering menaiki sampai ke puncak, dan selalu ditanya, oleh ibu saya, apakah permukaan laut terlihat dari puncak itu, ya.... Jawab saya. Sejak mengatakan itu, saya diminta untuk tidak boleh naik lagi. Ibu bilang, ' pohon  yang tingginya sampai keliatan lautnya, ada penunggunya, disebut 'Tonya" semacam  roh penguasa  hitamlah,  beberapa tahun kemudian istri paman  menderita sakit ingatan,  gila' akhirnya semua mengaitkan dengan keberadaan  sawo di pekarangan rumah dengan ketinggian bisa melihat laut. 

 Akhirnya paman sepakat untuk menebangnya, akhirnya pohon sawo yang terus lebat sepanjang tahun itu, berakhir menjadi kayu bakar. Memang di desa masih kuat percaya dengan hal seperti itu, zaman modern menyebutnya dengan 'istilah teologis mistis' 

Saya sering bertanya, pada ibu saya, kenapa  pohon sawo yang besar dan lebat di Desa tetangga, berjarak kurang lebih  4 Km dari desa saya, yakni  Desa Dawan Kelod, Dawan Kaler sampai  Desa Besan, Klungkung Bali, boleh  tanaman sawo tumbuh subur di pekarangan rumah, dan tegalan mereka, tak sedikit dari mereka yang memilikinya,  bisa menyekolahkan anaknya karena pohon sawo itu. Apalagi pohon  Sawo Dawan atau lebih dikenal dengan Saba Dawan sudah terdaftar di Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian, Kementerian Pertanian Republik Indonesia sejak tahun 2019 lalu. 

Mereka sehat dan rukun semuanya. Pertanyaan,   Mengapa mereka boleh? Tanya saya sama ibu saya, jawabannya, desa itu memiliki karakteristik sendiri, Jiwa semesta yang tidak kelihatan yang menjaga kehidupan di desa itu, mengizinkannya, agar tidak terjadi hal-hal yang mengganggu masyarakat disana. 

Diskusi saya terhenti, karena  sudah masuk diluar nalar , titik pijakan ibu dan saya sudah berbeda, tak perlu  dilanjutkan.  Kalau desa saya menanam sawo di pekarangan, pasti, akan  ada banyak komentar kehal-hal, takhayul dan alasan lain yang kerap tidak masuk akal. Sawo harus ditanam di kebun, bukan dekat dengan rumah, titik, kata Ibu saya. 

Pejelasannya jadi Panjang, kalau mau dilogikakan, bisa nanti pas angin ribut yang sering mampir di desa saya , sehingga patahan dahannya bisa menimpa rumah, akarnya masuk bangunan,  atau adanya semut merah yang  menyukai 'bunga dan daunnya untuk bersarang. Ya... itu dulu sebelum ada pestisida, tentu Iptek terus berkembang,  bertahan atau punah, menjadi sebuah idiom yang mungkin sulit dipahami.

Namun kini era baru,  kami harus menyadari dari kaum muda bahwa, Sampai disana, di bangku kuliah saya menemukan bahwa pada setiap fase perkembangan ilmu pengetahuan muncul sesuatu yang baru dan memiliki karakteristik di setiap masanya. Karakteristik tersebut adalah hasil dari sebuah pergumulan budaya yang terjadi dalam dinamika sosial. Tentu hal itu tidak bisa lepas dari berbagai pengaruh sosial, budaya, dan politik yang berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan itu sendiri. Termasuk didalamnya perihal sawo itu tadi yang tak boleh di tanam di pekarangan  tadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun