Mohon tunggu...
Hanvitra
Hanvitra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus Departemen Ilmu Politik FISIP-UI (2003). Suka menulis, berdiskusi, dan berpikir.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ayat-ayat Antropologis dalam Alquran

11 Mei 2018   17:07 Diperbarui: 11 Mei 2018   17:21 2918
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama ini di dalam kitab Taurat dan Injil Hawa digambarkan sebagai makhluk penggoda yang menggelincirkan Adam untuk memakan buah khuldi. Setiap anak manusia yang dilahirkan di bumi mempunyai dosa asal yaitu dosa Adam dan Hawa.

Berbeda dengan Nasrani dan Yahudi, Islam tidak mengenal dosa asal. Manusia dilahirkan ke muka bumi dengan suci dan bersih sesuai dengan fitrahnya. Manusia tidak dibebani kesalahan apa pun termasuk dosa yang dilakukan oleh leluhur manusia. Malahan manusia ditempat yang sangat mulia. Bahkan Allah SWT memuliakan manusia dan mengangkut di darat dan lautan. Tapi Tuhan menegaskan bahwa Dia adala yang Esa yang tidak beranak dan diperanakkan. Manusia merupakan puncak ciptaan Tuhan. Manusia tidak memikul dosa orang lain. Setiap individu manusia bertanggungjawab secara langsung kepada Tuhan.

Konsep kedua yang sangat penting mengenai peranan manusia di muka bumi adalah mengenaai kekhalifahan manusia. Manusia adalah khalifah Allah di muka bumi. Secara etimologis, khalifah bermakna "duta" atau "wakil". Manusia adalah wakil Allah di muka yang diberi hak untuk menggunakan dan memakmurkan bumi. Sebagai khalifah Allah, manusia dilengkapi dengan akal yang menyebabkan ia mampu mengenali lingkungannya. Manusia dilengkapi dengan berbagai macam organ tubuh sehingga ia mampu mengelola bumi. Bumi ini dijadikan hamparan oleh Allah untuk digunakan oleh manusia. Bumi menumbuhkan berbagai macam tumbuhan dan buah-buahan yang merupakan karunia Allah untuk manusia. Dalam salah-sebuah ayat Alquran Allah menjadikan seluruh bumi dan kekayaan yang dikandungnya hanya untuk manusia. Pemberian gratis dari Allah ini harus diikuti dengan sikap penyembahan manusia kepada Allah sebagai tanda syukur kepada-Nya.

Kekhalifahan manusia di muka bumi dibarengi dengan tanggungjawab kepada Allah SWT. Kelak di akhirat nanti manusia akan dimintai pertanggung-jawaban atas amanah yang diterimanya. Sebagai khalifah, manusia harus menciptakan kedamaian dan harmoni di dunia ini. Malaikat memprotes keinginan Allah untuk menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Tapi Tuhan menjawab bahwa Ia lebih tahu daripada malaikat. Allah mengajarinya manusia nama-nama segala sesuatu yang tidak dapat disebutkan malaikat. Malaikat mengakui keunggulan manusia. Malaikat diperintahkan Allah untuk sujud kepada Adam.

Salah-satu ayat lain yang berbicara mengenai keragaman manusia di muka bumi adalah ayat yang menyatakan bahwa Tuhan menciptakan manusia dari seorang laki-laki dan perempuan mengembangbiakan manusia yang banyak di muka bumi. Allah menciptakan manusia berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar manusia saling mengenal.  Ayat ini sangat antropologis. Dalam ayat ini Tuhan mengakui bahwa keberagaman manusia merupakan tanda ciptaan-Nya.

Di ayat lain juga disebutkan bahwa perbedaan bahasa dan warna kulit juga merupakan tanda-tanda ciptaan-Nya. Sekilas ayat ini tampak aneh. Mengapa Tuhan menciptakan keberagaman manusia. Hal ini mengandung makna yang mendalam. Selama ini manusia selalu bertengkat dan berperang satu sama lain karena perbedaan agama, ras, suku bangsa, warna kulit bahkan kebangsaan. Di ayat ini Allah SWT mengatakan  bahwa perbedaan tersebut merupakan sunnatullah. Allah sengaja menciptakan  perbedaan tersebut sebagai ujian terhadap manusia.

Yang menjadi pertanyaan, mengapa Tuhan menciptakan keberagaman? Di ayat lain, Tuhan menjawab bahwa Dia bisa saja menjadikan manusia ini sebagai satu umat saja. Namun Dia tidak melakukan itu. Bahkan Ia menjadikan manusia bersuku-suku, banyak ras, warn kulit, dan kebudayaan semuanya sebagai cobaan untuk manusia. Perbedaan ujian bagi manusia untuk menguji siapa yang paling baik amalnya. Umat manusia harus berlomba-lomba dalam kebajikan untuk memperoleh ridha Tuhan.

Perbedaan di antara umat manusia sesungguhnya merupakan cara Tuhan menjadikan manusia untuk saling memahami dan mengenal. Tuhan tidak menciptakan satu umat saja untuk mewarnai dunia ini. Beragam warna kulit manusia di muka bumi menyemarakkan kehidupan manusia sendiri.

Sekelumit ayat-ayat antropologis di atas memberikan pengetahuan kepada kita bahwa Tuhan memang menciptkan pluralisme di antara umat manusia. Perbedaan suku bangsa, ras, warna kulit, dan kebudayaan merupakan sebuah takdir atau ketetapan sejarah. Pluralitas adalah sunnatullah atau hukum Tuhan yang tidak berubah. Alquran mengakui perbedaan di antara umat manusia.

Nabi Muhammad SAW sendiri dalam khutbah wada' menyatakan bahwa tidak ada kelabihan orang Arab dibandingkan dengan orang Ajam (non-Arab) kecuali karena ketakwaannya. Ini memberi landasan positif bagi umat manusia untuk saling bekerja sama dalam suasana yang egaliter.

Egaliterianisme merupakan salah-satu prinsip Islam yang sangat mendasar. Di dalam Islam, tidak ada perbedaan kecuali karena ketakwaan. Namun keberagaman manusia merupakan ayat-ayat Allah yang harus dipelajari manusia. Manusia tidak diperkenankan memperbudak orang lain atas dasar apa pun. Wallahu a'alam bisshowab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun