Mohon tunggu...
HL Sugiarto
HL Sugiarto Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Menulis untuk dibaca dan membaca untuk menulis

Hanya orang biasa yang ingin menulis dan menulis lagi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Insiden Natuna dan Nasionalisme di Mata Seorang Tionghoa

12 Januari 2020   01:24 Diperbarui: 13 Januari 2020   01:27 4203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebetulnya saya agak enggan menulis ini, tapi setelah melalui perenungan beberapa hari akhirnya saya memutuskan untuk menulisnya dan mempublikasikannya. 

Saya merasa ragu apakah nantinya tulisan ini termasuk tulisan sensitif yang berkaitan dengan SARA (suku, ras dan agama) atau tidak, akan tetapi saya hanya bisa menyerahkan penilaian tersebut kepada admin Kompasiana, Kompasianer dan pembaca umum. 

Topik yang saya tulis ini sebenarnya sudah saya pendam selama bertahun-tahun dan berdasarkan pengalaman dari semenjak masa kecil.  Sebenarnya hal ini tabu bila diungkapkan ketika pada masa Orde Baru berkuasa.

Di awal hari-hari setelah melewati titik tahun baru 2020, kira-kira jam dua pagi, sebuah pesan Whatsapp menganggu tidur saya. Setelah saya lihat pesan itu ternyata dari seorang teman yang lagi memikirkan insiden yang terjadi di perairan laut Natuna. Dalam pesannya dia khawatir insiden pelanggaran ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) perairan laut Natuna oleh kapal nelayan China yang dikawal oleh Coast Guard-nya berimplikasi pada permasalahan konflik horisontal internal (dalam hal ini masalah SARA) di kalangan masyarakat Indonesia. 

Teman saya yang satu ini takut nantinya keturunan Tionghoa di Indonesia akan kena imbas masalah insiden Natuna tersebut bila terjadi insiden konflik senjata antara TNI AL dan Coast Guard China. 

Menurut teman saya yang satu ini (seorang keturunan Tionghoa),  ditakutkan akan timbul konflik horisontal yang menyalahkan etnis Tionghoa. Dengan tenang saya menjawab pesannya dengan kalimat yang menenangkannya. 

Saya menyakinkan dia bahwa Cina tidak akan segoblok itu akan berani membuka front konflik dengan Indonesia hanya gara-gara ikan dan sebaliknya saya yakin pemerintah Indonesia akan bertindak tegas terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh nelayan-nelayan Cina dan menyelesaikan masalah itu tanpa konflik bersenjata. Akhirnya dia cooling down setelah membaca balasan pesan Whatsapp saya dan tidak menggangu lagi acara tidur saya.

Selang beberapa hari kemudian, ada teman saya juga mengajak diskusi mengenai perairan laut Natuna. Mohon maaf kebetulan dia seorang keturunan Jawa, akan tetapi saya yakin dia bukan seorang yang rasis, akan tetapi pendapat yang dia kemukakan mengenai insiden Natuna agak menganggu perasaan saya. 

Dia menunjukkan beberapa pesan Whatsapp di sebuah grup yang dia ikuti, pesan-pesan tersebut berisi mengenai kritik terhadap Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang menurut mereka kurang tegas terhadap masalah insiden Natuna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun