Mohon tunggu...
Hans Pt
Hans Pt Mohon Tunggu... Seniman - Swasta, Sejak Dahoeloe Kala

Biasa-biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Usut Para Penolak Ahok

20 November 2019   16:05 Diperbarui: 20 November 2019   16:20 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pemilihindonesia.co.id

Nama Ahok seperti momok atau hantu yang sangat menakutkan bagi banyak orang. Sepak terjang pria bernama lengkap Basuki Tjahaja Purnama (BTP)  ini sewaktu menjadi gubernur DKI Jakarta (2014 - 2017) memang membuat banyak orang ketar-ketir. Tak pandang bulu, kalau ada oknum yang tidak becus bekerja, tidak berdisiplin, korupsi, langsung dipecat atau dimutasi, misalnya dari kepala bagian menjadi staf. 

Belum lagi soal ketelitian dan kepeduliannya terhadap keuangan, tak bisa ditawar-tawar. Kesabarannya menelisik APBD DKI 2015 membuahkan hasil, sebab paling tidak, belasan triliun rupiah "dana siluman" yang tidak jelas peruntukannya, dia bongkar dan selamatkan. Para maling pun gigit jari. Dengan DPRD DKI, Ahok ribut terus-menerus. 

Melihat track record Ahok ini, banyak orang yang merasa ngeri, termasuk oknum-oknum pejabat di BUMN, seperti Pertamina dan PLN, yang disebut-sebut bakal dipimpin oleh Ahok. Dari Pertamina, sekarang sedang viral tentang presiden serikat pekerja bernama Arie Gumilar, yang dengan keras memprovokasi para karyawan supaya kompak menolak Ahok. 

Salah satu alasan yang dituliskan di spanduk-spanduk adalah karena Ahok itu tukang bikin rusuh atau gaduh.  Kemudian sifat Ahok yang pemberang, dan mantan napi. Bisa saja mereka berkilah, namun alasan yang sebenarnya tentu bukan itu. Masuknya Ahok ke instansi itu, sebagai pimpinan, dikhawatirkan akan membuat kenyamanan banyak oknum terganggu.

Maka sangat tepat apa yang dikatakan oleh Luhut Binsar Pandjaitan, menko maritim, bahwa oknum-oknum yang menolak Ahok itu pantas dipertanyakan. Artinya, mereka itu harus diusut. Sebab di saat negeri ini membutuhkan sosok-sosok yang berintegritas, oknum-oknum itu justru menolak. 

Apalagi selama ini BUMN banyak yang kurang "sehat", seperti sering merugi, kinerja kurang kinclong, kasus-kasus korupsi, dsb., maka sangat dibutuhkan seseorang yang dianggap mampu membenahinya supaya memberikan manfaat yang besar bagi bangsa dan negara, demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat juga. 

Sekarang mari kita lihat apa dan siapa oknum-oknum yang sangat vokal menolak Ahok ini. Arie Gumilar, lewat jejak-jejak digitalnya yang dibongkar para netizen, ternyata merupakan simpatisan gerakan 212, yang sangat militan mendemo Ahok supaya dihukum berat atas penistaannya terhadap agama Islam. Di samping itu, mereka juga menuntutnya mundur dari jabatan gubernur DKI. 

Jadi dari sini saja sudah terang-benderang apa motif sebenarnya dari si Arie ini. Dia ternyata pembenci Ahok dari dulu. Maka sangat masuk akal bila dia menolak keras jika Ahok menjadi pejabat Pertamina. Dengan berbekal posisinya sebagai ketua serikat pekerja Pertamina, dia menggalang kekuatan para karyawan untuk menyatakan penolakannya. Tetapi apakah Arie paham, bahwa yang menentukan dan menunjuk seseorang untuk memimpin di perusahaan negara adalah pemerintah, bukan karyawan(?)

Kemudian suara penolakan datang dari ketua umum Serikat Pegawai PLN (2019 - 2023) bernama Yan Herimen. Oknum ini, membuat spanduk bertuliskan: "PLN tidak akan pernah menjadi lebih baik bila dipimpin mantan NARAPIDANA". Segitunya, padahal kan belum tentu Ahok ditempatkan di Pertamina, menggantikan posisi Sofyan Basir yang berhenti karena dugaan kasus korupsi yang menjeratnya oleh KPK. Tetapi hakim malah memutuskan dia tidak terbukti melakukan tindak korupsi, maka dibebaskan dari segala tuduhan. Sedangkan PLN, sepeninggal Sofyan Basyir, dipegang oleh seseorang pejabat yang berstatus PLT Dirut.

Info tambahan soal Yan Herimen ini yang dihimpun dari jejak-jejak digitalnya, antara lain adalah dia itu pengagum dan pemuja Soeharto. Sebagaimana umumnya pemuja akut Soeharto, mereka lebih condong ke Prabowo Subianto. Maka dengan sendirinya dapat diketahui bahwa Yan ini pembenci Jokowi. Seseorang yang membenci Jokowi, secara langsung juga adalah anti-Ahok. 

Maka sampai di sini sudah sangat jelas benang merahnya kenapa dia mencoba memengaruhi karyawan di lingkungan PLN supaya menolak Ahok, yang berstatus mantan narapidana. Padahal belum tentu aspirasinya itu mewakili pegawai PLN. Jadi kemungkinan kalimat penolakan itu hanya suara hati pribadinya saja sebagai seeorang pembenci Ahok. Bahwa dia memang tidak suka Ahok dapat dibuktikan dengan keikutsertaannya melakukan aksi demo 212 di Monas pada 2 Desember 2017 yang lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun