Hampir 6 bulan lamanya kita beraktivitas di tengah gentingnya pandemi ini, berbagai kegiatan rutin yang tidak lagi bisa dilakukan seperti dahulu kala membuat kita menjadi mulai terbiasa hidup di era new normal dengan segala batasan juga tantangan yang ada.
Memasuki bulan sembilan tahun 2020, pertanda dimulainya kembali aktivitas pembelajaran untuk pelajar tingkat perguruan tinggi. Proses penerimaan mahasiswa baru, proses lanjutan pembelajaran mahasiswa lama juga mahasiswa tingkat akhir yang tengah menyelesaikan tugas akhir perkuliahan. Seluruh proses tersebut mulai kembali dijalankan dengan sederet aturan dan proses yang tentu jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelum adanya pandemi.
Tahun 2020, tahun yang penuh dengan tantangan baru. Tantangan yang tidak mudah namun menuntut kita semua untuk lebih tanggap, kreatif dan efisien dalam berbagai aktivitas. Jika kita dulu ketika hendak mendaftarkan diri di salah satu universitas mengikuti segala proses dengan datang langsung ke masing-masing kampus, kini tidak lagi demikian.Â
Kini seluruh proses mulai dari pendaftaran, registrasi, pembayaran, lalu proses seleksi sampai dengan perkuliahan dilakukan secara daring (online). Begitu juga dengan mahasiswa tingkat tengah maupun akhir, mereka kini merubah sistem bimbingan dan konsultasi akademik dengan tidak lagi bertatap muka secara langsung, namun secara daring dengan berbagai pilihan alternatif teknologi.
Memang benar, itu semua adalah aturan baru yang tentu bukan tanpa halangan dan hambatan. Proses yang hampir secara keseluruhan diubah menjadi daring memunculkan banyak keluhan, kesedihan juga kendala dari banyak mahasiswa. Khususnya dari mahasiswa baru yang rasanya masih sangat minim pengalaman terkait proses perkuliahan.Â
Dimulai saat proses pendaftaran perkuliahan, berbagai keperluan berkas, proses pembayaran sampai dengan registrasi dilakukan secara online melalui sistem khusus. Kemudian seleksi masuk atau tes. Proses seleksi yang biasanya dilakukan secara langsung dimasing-masing kampus memunculkan kendala paling besar, baik dari sisi internal kampus ataupun dari calon mahasiswa sendiri. Seringkali tidak sedikit calon mahasiswa belum sepenuhnya memahami mekanisme proses seleksi, selain itu kendala teknis seperti koneksi internet yang tidak maksimal juga turut menjadi kendala besar. Proses seleksi berbasis online terkesan menjadi sedikit lebih rumit, kurang maksimal dan membutuhkan lebih banyak effort.Â
Kemudian setelah proses seleksi, yaitu proses mulainya perkuliahan itu sendiri. Proses ini juga penuh dengan banyak kendala yang hampir sama dengan proses seleksi, kendala utama yang dirasakan tentu saja koneksi internet. Sinyal yang kuat harus tersedia agar kita bisa mengikuti proses pembelajaran secara maksimal. Ketika koneksi lemah atau terputus, maka secara otomatis kita akan tertinggal materi dan kekurangan informasi mata kuliah tersebut.
Kondisi ini benar-benar kondisi yang cukup sulit, bukan hanya energi besar yang harus dikeluarkan, namun juga beban finansial yang bertambah karena tuntutan belajar secara online dari rumah masing-masing sehingga pengeluaran pun otomatis akan naik.Â
Beragam keluhan datang dari banyak mahasiswa, khususnya dari mahasiswa baru yang harus menanggung segala jenis pembayaran awal perkuliahan yang terhitung tidak sedikit. Selain itu, tidak adanya interaksi sosial juga cukup dikeluhkan banyak mahasiswa. Pembelajaran daring terasa kurang bergairah dan membosankan sebab kita hanya bisa menatap penuh layar komputer tanpa ada interaksi fisik secara langsung.Â
Kondisi sulit ini tidak bisa kita hindari, dengan adanya upaya bantuan dari pemerintah semoga mampu membantu kita melaksanakan pembelajaran dengan maksimal. Dengan situasi seperti ini semoga membuat kita semakin kreatif, inovatif dan tidak kehilangan semangat untuk belajar meskipun tidak bertatap muka secara langsung seperti seharusnya. Pandemi covid-19 memberikan banyak sekali hikmah, semoga nantinya kondisi ini segera pulih dan kita bisa beraktivitas secara normal seperti tahun-tahun sebelumnya.