Mohon tunggu...
Hannaput
Hannaput Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Lagu #2019GantiPresiden Sumbang Musik Religi di Bulan Ramadan, Saking Kebelet Berkuasa

9 Juni 2018   13:01 Diperbarui: 9 Juni 2018   13:11 1325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Orang yang ambisi berkuasa sudah di ubun memang benar-benar membuat gila. Yang ada di pikiran orang tersebut adalah bagaimana bisa mengalahkan rivalnya. Sepanjang hari hanya memikirkan bagaimana menggoreng isu untuk memperburuk citra lawan. Tidur pun tak pernah nyenyak, terlebih jika sebelumnya mendengar pencapaian-pencapaian fantastis dari rival.

Orang yang ambisius juga tidak bisa mengukur diri. Ia akan memaksa diri melakukan sesuatu yang bukan bidangnya. Tak peduli dirinya mampu melakukan itu, yang terpenting dengan melakukan itu, rivalnya bisa kalah. Sebuah lagu yang mulai viral belakangan ini dengan judul #2019GantiPresiden. Sesuai judulnya, lagu ini memang berisi nuansa yang memojokkan pemerintahan Presiden Jokowi. Ternyata gerakan 2019 Ganti Presiden sudah diniatkan untuk dijadikan semacam brand andalan untuk menyerang lawan politiknya.

Langsung kepada intinya saja, fenomena politik dengan perang tagar merupakan bentuk kemuduran sebuah kualitas politik. Karena idealnya, dalam politik yang terjadi seharusnya adalah perang program. Jika perang tagar menjadi andalan, lalu kami masyarakat yang waras mau menilai keunggulan dari tokoh politik yang ingin mencalonkan diri menjadi pemimpin bagaimana caranya? Memang loe pikir ini lomba membaca puisi, dimana kata-kata indah yang menjadi penilaiannya?

Lalu fenomena nyinyir gak karuan, ngomong tanpa data yang terkesan hanya sebagai upaya menggiring opini publik, yang disasar tentu saja orang-orang yang berwawasan minim seperti anak kecil yang gampang dibohongi pakek kata-kata. Upaya menggiring opini publik yang berujung pada propaganda doktrin 'asal bukan Jokowi' menjadi terbaca. Dengan tagar tersebut diharapkan, siapapun nanti yang diusung oleh pihak oposisi menjadi kuda troya tersendiri.

Fadli Zon pun lewat akun media sosial Twitter-nya meng-endorse lagu ini. Fadli Zon menulis, "Lagu #2019GantiPresiden ini rasanya akan jd lagu penting dlm setahun ke depan. Bagus sekali lirik n musiknya. "Wind of Change" nya Scorpion". Yaa, begitulah Fadli Zon dengan obsesinya terhadap sejarah Rusia. Kubu sebelah nampaknya sudah benar-benar bernafsu untuk mengalahkan Jokowi. Padahal, Pilpres 2019 masih tahun depan. Namun mereka seolah ingin benar-benar bergerak sejak dini.

Mereka terus berjuang untuk menggiring opini publik yang terus dilakukan para elit politik agar masyarakat mempunyai pandangan yang sama dengannya. Segala upaya dilakukan oleh para elit politik untuk menyampaikan keinginan dalam perpolitikan Indonesia. Oposisi berupaya untuk membentuk opini bahwa 2019 nanti Jokowi harus diganti dengan menyebarkan #2019GantiPresiden.

Usaha untuk menggaungkan #2019GantiPresiden terus digeber oleh pihak oposisi khususnya oleh sang inspirator. Diawali dari kaus, gerakan #2019GantiPresiden terus digaungkan PKS bersama pihak oposisi lainnya. Mulai dari tersebarnya spanduk, pembagian takjil berstiker #2019GantiPresiden, hingga rencana mudik bareng #2019GantiPresiden. Dan juga punya lagu '#2019GantiPresiden', yang diciptakan oleh Sang Alang dan dibawakan ulang oleh sederet politikus, musisi, serta artis.

Kembali lagi ke soal lagu. Mardani Ali Sera mengabarkan lewat akun Twitternya bahwa lagu #2019GantiPresiden itu direkam ulang di studio rekaman. Kali ini yang menyanyikan serombongan, antara lain termasuk Mardani sendiri, Fadli Zon, Amien Rais, Neno Warisman, Ahmad Dhani, Mustofa Nahra, Lius Sungkarisma, Zheng Wei Jian, Fauzi Baadilah, Ustaz Hasan Haikal, dan Akh Dery Sulaiman.

Memang ini hak mereka, termasuk kreatif tapi caranya memalukan dan agak kampungan. Bagaimana tidak, bukannya bikin lagu yang menonjolkan kelebihan sendiri, tapi lebih fokus nyinyir ke pemerintah. Coba pikir dengan baik, bagi yang waras apalagi yang tak waras, selama ini gerakan ganti presiden sudah memberikan manfaat apa? Sudahkan mereka menceritakan kelebihannya? Sudahkah mereka menunjukkan pada kita apa yang membuat mereka lebih baik?

Jawabannya nihil, sejauh yang saya tahu. Mereka fokus menjelek-jelekkan pemerintah, dalam hal ini Jokowi karena akan mencalonkan diri kembali. Untuk apa nyinyir? Karena memang hanya itulah yang bisa mereka lakukan. Mereka tak ada sesuatu yang bisa ditunjukkan, sehingga terpaksa menyodorkan orang lain untuk dijadikan bahan nyinyiran. Ini adalah mental orang bermutu rendah. Hanya begitulah kualitas mereka, tak lebih tak kurang, jelekin orang lain padahal sendiri jauh lebih parah, tapi tak sadar dan kepedean.

Bagi yang waras mungkin sadar. Bagi gerombolan sebelah, coba jawab ini. Maukah pilih orang yang tak tahu apa kelebihannya tapi hanya bisa menyindir orang lain? Ketika ada orang jual kecap, lalu Anda tanya apa keunggulan kecap itu, lantas dia bilang kecap penjual lain itu busuk, Anda mau beli kecap orang ini? Kewarasan Anda itu menentukan jawabannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun