Salah satu inovasi yang banyak dikembangkan di berbagai negara adalah pendekatan STEM (Science, Technology, Engineering, Math). harus dipahami bahwa STEM bukan sekadar menggabungkan empat disiplin ilmu, tetapi tentang bagaimana siswa belajar berpikir holistik dan solutif.
Misalnya di sebuah kelas siswa tidak hanya mempelajari teori hukum Newton, tapi juga diminta membuat rancangan mini roket dari botol plastik. Secara langsung melalui praktik, siswa belajar sains ketika memahami gaya dorong, memanfaatkan teknologi dari bahan sederhana, engineering ketika merakit roket, dan matematika saat menghitung sudut peluncuran. Semua proses ini bukan hanya membuat siswa terpancing rasa ingin tahunya, tapi juga menumbuhkan keberanian mencoba dan gagal, sesuatu yang sangat penting dalam inovasi.
Sejak di perkenalkan melalui kurikulum Merdeka Belajar, konsep STEM semakin menarik banyak minat siswa mempelajari sains. Dalam praktik Program Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) siswa juga diberi ruang mengerjakan proyek lintas disiplin yang sesuai dengan kehidupan mereka. Namun, tantangannya adalah bagaimana memastikan pendekatan STEM ini bisa diakses semua sekolah, tidak hanya di perkotaan dengan fasilitas lengkap.
Putri saya sangat menyukai program P5 ini, karena membuatnya bisa melakukan praktik langsung beberapa kegiatan yang berbasis sains, meskipun hanya teknologi sederhana.
Belajar dari Lapangan
Seorang siswa di Aceh pernah menghebohkan dunia, ketika berhasil membuat teknologi sederhana pembangkit listrik dari tanaman. Pemahamannya yang sederhana tentang fisika, membuatnya berpikir sederhana bahwa pohon Gerendong atau pohon kuda-kuda yang bisa menjadi sarana pembangkit lsitrik yang bisa dimanfaatkan untuk daerah terpencil.
Meski menjanjikan, implementasi STEM tidak bisa dibebankan pada guru semata, karena guru belum tentu bisa menguasi semua hal sekaligus. Mereka membutuhkan dukungan orang tua, sekolah, pemerintah, dan masyarakat. Orang tua bisa mendukung dengan menyediakan ruang eksplorasi di rumah; sekolah bisa memfasilitasi pelatihan; pemerintah bisa memastikan kebijakan yang adil dan merata.
Sinergi inilah yang akan membuat pendidikan bermutu benar-benar untuk semua. Tanpa dukungan bersama, inovasi akan berhenti hanya sebagai jargon di dokumen kebijakan.
Kita tentu ingin maju dan kuncinya adalah investasi terbaik dalam pendidikan. Inovasi STEM hanyalah salah satu pintu menuju sana. Dengan STEM, anak-anak kita belajar bukan hanya untuk ujian, tetapi untuk kehidupan. Mereka belajar menghadapi kegagalan, bekerja sama, memecahkan masalah nyata, sekaligus merayakan keberhasilan kecil yang memberi mereka rasa percaya diri.
Tidak bisa dibayangkan bangganya jika makin banyak anak-anak kita sejak dini terbiasa bereksperimen, berkolaborasi, dan berpikir kritis. Mereka tidak hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta. Mereka tidak sekadar mencari pekerjaan, tetapi mampu menciptakan lapangan kerja baru dengan ide-ide segar.
Pendidikan bermutu untuk semua menjadi jalan panjang, meski penuh tantangan, tapi bukan mustahil. Setiap kelas yang memberi ruang pada rasa ingin tahu, setiap guru yang berani mencoba pendekatan baru, setiap orang tua yang percaya pada potensi anaknya, adalah bagian dari langkah besar Siap Hadapi Tantangan Abad 21 .
Seperti kata pepatah, "Jika ingin berjalan cepat, berjalanlah sendiri. Jika ingin berjalan jauh, berjalanlah bersama." Pendidikan bermutu, dengan inovasi STEM di dalamnya, adalah perjalanan jauh yang hanya bisa dicapai jika kita melangkah bersama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI