Rahmat membawa gokar ukuran paling besar. Lahernya juga laher truk, bukan laher mini colt atau becak.
Pernah Rahmat meminjam gokar Jumari yang badannya kecil dan kisut. Gokarnya bekas becak. Begitu Rahmat duduk dan didorong Andung, bukannya melesat turun di tanjakan lapangan Badri, gokar malah ambyar.
Keempat lahernya terlepas ke segala penjuru. Besi penahan penyok dan patah. Rahmat terjerembab ke depan. Untung tangan besarnya bisa menahan tubuhnya.
"Ganti!" teriak Jumari. Hari itu Rahmat terpaksa meminjamkan gokarnya dan mendorong Jumari selama balapan berlangsung tanpa bisa melawan.
Di barisan kanan: Andung dan Tata.
Tim kedua: Rahmat dan Jumari.
Lalu aku dan Toni.
Tim terakhir: Afi dan Anto.
Anak-anak lain jadi penonton, sekaligus pendorong cadangan untuk tim yang mereka dukung.
"Yang menang dapat es lilin!" ujarku yang kebagian menyimpan urunan untuk pemenang. Biasanya malah jadi acara jajan bareng. Si pemenang mentraktir semua dari uang itu.
Putaran pertama, Jumari menang. Rahmat yang jadi joki membuat Jumari seperti terbang.