Kearifan suku Baduy, rasanya sulit dibantahkan. Masyarakatnya sangat menjaga, melindungi, merawat lingkungan. Menebang, mencabut, memotong tanaman sesuai aturan adat. Manusia diajak menyatu dengan semesta, tumbuh berkembang beriringan berdampingan.
Karakteristik suku Baduy, taat mengikuti adat kepuunan (perintah pemimpin adat). Bahkan orang yang fanatik, sukarela tinggal di hutan tak terpengaruh budaya luar. Menolak segala bentuk modernisasi, disimbolkan dengan pakaian berwana putih.
Saya mengira, keteguhan memegang adat menjadi sebab tanah Baduy subur. Tanaman dihasilkan berkualitas, salah satunya jahe bereum/ jahe merah Baduy.
Dan berkat jahe merah ini juga, sejak 2020 petani jahe merah Baduy menjadi binaan Yayasan Astra - Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA). Kemudian pada 2022, petani jahe merah Baduy naik kelas menjadi UMKM mandiri.
---- ---
Saya pernah, mengisi kelas pelatihan video pendek di daerah Lebak Banten. Sebagian pesertanya, adalah pelaku UMKM Baduy. Dari bincang- bincang dengan Sebagian peserta, saya mendapat kilasan cerita menarik tentang Baduy.
Bahwa masyarakat Baduy, memiliki kearifan lokal terpertahankan. Menjujung tinggi adat istiadat, pantang dilanggar meski jaman bergerak berkembang. Â Misalnya soal pendidikan, anak-anak Baduy tidak belajar di sekolah formal.
Mereka diajari orangtua, menulis dan mengeja huruf dari kemasan roti, bungkus snack, dan lain sebagainya. Demikian terjadi turun temurun, sampai era modern saat ini.
Memasuki usia puber, remaja Baduy mulai diajak bercocok tanam. Menggarap lahan orangtua, yang dulunya lahan milik kakek neneknya. Persis dikisahkan Asrip, salah satu petani jahe merah Baduy binaan Yayasan Astra- YDBA.
O'ya, ada satu peserta -- pelatihan video pendek---dari Baduy berusia duapuluh tahun awal. Mengaku lulusan SMA di daerah Lebak, kini bekerja sebagai barista di Caffee di Rangkasbitung. Untuk keputusannya bersekolah, anak muda ini harus bersedia keluar dari kampung halamannya di Baduy. Demikian konsekwensi dihadapi, ketika anak muda Baduy memilih sekolah formal.