Mohon tunggu...
Hanif Ibrahim
Hanif Ibrahim Mohon Tunggu... Relawan - Newbie

لا يكلف الله نفسا إلا وسعها

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Komunikasi Organisasi Menurut Perspektif Islam dan Contoh yang Dilakukan oleh Rasulullah SAW

22 Juli 2020   17:41 Diperbarui: 22 Juli 2020   17:38 950
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sudah menjadi sebuah hal yang lazim dalam kehidupan sosial sebuah komunikasi yang dilakukan dimana pun dan kapan pun. Mulai dari komunikasi antar pribadi, antar pribadi kelompok, antar kelompok, adapun jika dalam organisasi komunikasi antar atasan dengan bawahan dan antar sesama derajat. Namun dalam sebuah komunikasi haruslah ada pola susunan dan aturan-aturan supaya tindakan berkomunikasi dilakukan dengan baik dan tidak terjadi hal-hal yang tak dinginkan.

Adapun istilah organisasi sering kita dengar dan temui di sekitar kita, seperti organisasi dalam kampus, masyarakat seperti RT, RW, takmir masjid, sekolah, panti asuhan, kelurahan, kecamatan hingga pemerintah pusat, organisasi dakwah Islam dan juga kesatuan militer dan kepolisian. Dengan organisasi kita dapat mengasah kemampuan dan bakat kita dalam memanajemen dan berkomunikasi sehingga keluarlah pribadi yang unggul. Namun dalam berorganisasi pula diperlukan untuk mengikuti tuntunan dan pola bagaimana berorganisasi dengan baik dan sesuai dengan syariat Islam.

Pengertian Komunikasi Organisasi

Secara etimologis komunikasi berlangsung apabila antara orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenahi suatu hal yang dikomunikasikan. Komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata latin communication, dan bersumber dari kata communis yang sama. Sama di sini adalah sama maknannya. Sedangkan secara epistimologi komunikasi berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain (Effendy, 1993: 4).

Jadi komunikasi merupakan proses penyampaian pesan kepada orang lain dan komunikasi akan berlangsung apabila ada persamaan makna tentang hal dikomunikasikan. Jelasnya, komunikasi efektif akan berlangsung apabila seseorang mengerti apa yang dinyatakan oleh komunikator, dan sebaliknya komunikasi efektif tidak akan berlangsung apabila komunikan tidak mengert tentang yang dikatakan oleh komunikator.

Adapun pengertian komunikasi menurut para ahli komunikasi ialah:

Komunikasi menurut Carl I. Hovland yang dikutip oleh Wiryanto dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi bahwa, "Communication is the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal symbols) to modify, the behaviour of other individu" (Wiryanto, 2006: 6). (Proses yang dilakukan oleh seseorang (komunikator) untuk mentransmisikan stimulus (biasannya simbol verbal) untuk memodifikasi, perilaku dari individu yang lain).

Brent D. Ruben komunikasi manusia adalah suatu proses melalui individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi, dan dalam masayarakat menciptakan, mengirimkan, dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasikan lingkungan dan orang lain. Pada definisi ini komunikasi juga dikatakan sebgai proses yaitu suatu aktifitas yang mempunyai beberapa tahap yang terpisah satu sama lain tetapi berhubungan. Istilah menciptakan informasi yang dimaksudkan Ruben di sini adalah tindakan menyandikan (encoding) pesan yang berarti, kumpulan data atau suatu kumpulan isyarat. Sedangkan istilah pemakaian kata informasi menunjukan pada peranan informasi dalam mempengaruhi tingkah laku manusia baik secara individual, kelompok, maupun masyarakat. Jadi 19 jelas bahwa tujuan komunikasi menurut Ruben adalah untuk mempengaruhi tingkah laku orang lain (Muhammad, 2009: 4).

Jadi komunikasi adalah proses memindahkan ide dari komunikator kepada komunikan dengan maksud untuk merubah sikap, pendapat atau perilaku orang lain, apabila komunikasinya komunikatif. Komunikasi komunikatif ialah tidak hanya tahu bahasa yang digunakan, juga mengerti makna dari bahasa yang diucapkan. Karena kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan belum tentu menimbulkan kesamaan makna.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, organisasi memiliki beberapa arti, yaitu : kesatuan (susunan dan sebagainya) yang terdiri atas bagian-bagian (orang dan sebagainya) dalam perkumpulan dan sebagainya untuk tujuan tertentu; dan kelompok kerja sama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama.

Organisasi berasal dari kata "organ" yang merujuk pada organ tubuh manusia, dimana otak, tangan, kaki dan segenap organ tubuh satu sama lain mampu bergerak dengan koordinasi dan perintah yang dikirim dari otak.

Sedangkan menurut Dr. Sondang P. Siagian, organisasi adalah setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerja sama serta secara formal terikat dalam rangka pencapaian suatu tujuan yang telah ditentukan dalam ikatan yang mana terdapat seseorang/beberapa orang yang disebut atasan dan seorang/sekelompok orang yang disebut dengan bawahan.

Sehingga dapat dipahami bahwa kegiatan organisasi adalah kegiatan yang membutuhkan koordinasi, komunikasi, beserta pembagian peran dan tugas untuk mencapai tujuan tertentu dengan perintah yang terarah.

Jadi komunikasi organisasi adalah suatu proses penyampaian ide, gagasan, sikap yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan dalam sebuah perkumpulan orang atau kelompok sehingga berpengaruh untuk mencapai sebuah visi dan misi yang telah ditetapkan.

Komunikasi Organisasi Dalam Perspektif Islam

Dalam islam Rasulullah SAW. Juga mengajarkan kepada kita bagaimana pola berkomunikasi dan berorganisasi yang baik. Terdapat beberapa karakteristik berkomunikasi yang telah Rasul ajarkan dalam Hadits seperti dibawah ini;

Menyampaikan pesan yang jelas, tidak mengandung kesamaran, dan dapat difahami komunikan. Seperti yang terlihat dalam hadits riwayat Bukhari, Aisyah ra: "Rasulullah SAW tidak pernah berbicara cepat dan terburu-buru atau samar seperti kalian"(al-Handzalii, 1991: 983).

Ucapannya memuat kebenaran berlaku jujur, "Selayaknya bagi kamu untuk berlaku jujur, karena kejujuran megantarkan kepada kebaikan, sedangkan kebaikan menghantar ke surga. Sesungguhnya, seseorang jika berlaku jujur akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hindarilah berlaku dusta, karena dusta mengantar kepada kejahatan, sedangkan kejahatan mengantar ke neraka. Sesungguhnya seseorang jika berlaku dusta akan ditulis di sisi Allah sebagai pendusta" (Muslim, 1983: 29).

Menyampaikan dengan kata-kata yang lembut "permudahlah dan jangan kalian persulit dan gembirakanlah dan jangan kalian buat mereka lari" (al-Bukhari, 1987: 27). "Senyummu terhadap wajah saudaramu itu adalah shadaqah" (atTurmudzi, 1987:339)43 "sesungguhnya Allah itu Maha Lemah Lembut mencintai kelembutan dan memberi atas orang yang lemah lembut sesuatu yang tidak diberikan kepada orang yang keras dan sesuatu yang tidak diberikan atas lainnya" (Muslim, 1983: 22).

Perkataan Nabi menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang melingkari pendengar, dan sesuai dengan kemampuan intelektualitas pendengar. "Aku berbicara dengan mereka (manusia) berdasarkan kadar kemampuan akal mereka" (al-Ashbahi, 1991: 24).
Komunikasi Nabi selalu menggunakan strategi sehingga tidak bersifat jenuh,

"dari Ibnu Mas'ud,berkata:Adalah nabi SAW tidak terus menerus menyampaiakan nasehat/pengajaran kepada kami, agar kami tidak merasa jenuh/bosan" (al-Bukhari, 1987: 38).

Dalam berkomunikasi menurut ajaran islam lebih mengutamakan budi luhur dan akhlak yang baik. Sehingga tidak ada pihak yang merasa tidak enak atau berat hati dalam menerima apa yang telah disampaikan oleh kemunikator, dan tersampaikanlah apa yang telah tipaparkan oleh komnikator kepada komunikan.
Selanjutnya islam menganjurkan organisasi untuk hal yang baik, terlebih untuk kemaslahatan ummat dan masyarakat. Seperti firman Allah dalam surat Al Maidah ayat 2 :
... ...
"Dan saling tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketaqwaan, dan janganlah kalian saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan"
Dalam ilmu sharaf, kata "ta'aawanu" berasal dari kata "ta'aawun" setiap kata dalam bahasa Arab yang memiliki bentuk asal "tafaa'ul" memiliki beberapa makna pokok yang salah satunya adalah : saling. Seperti kata "tawaashau" dalam surat Al Ashr ayat 3 :
...   ...
"Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih, dan saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran."
Sehingga menunjukkan bahwa adanya interaksi dua arah dalam ayat di atas, yang mampu dimaknai sebagai kegiatan koordinasi yang berdasarkan komunikasi antar orang-orang yang memiliki satu tujuan, baik kebaikan dan ketaqwaan (yang dianjurkan) atau dosa dan permusuhan (yang terlarang). Dan dalam ushul fiqih, kata perintah dalam Al Qur'an menunjukkan bahwa hukumnya adalah wajib. Seperti yang biasa kita temui :

"Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat"
Begitu juga Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dengan terorganisir secara rapi, layaknya bangunan yang terbangun diatas pondasi yang kuat dan batu-batu bata dan semen yang berpadu menjadi bangunan yang menjulang tinggi dalam surat Ash Shaff ayat 4 :

"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya bershaf-shaf (bersusun, berbaris-baris) seolah mereka adalah bangunan yang tersusun kokoh"

Di dalam kegiatan organisasi yang sesuai dengan kaidah Islam, terdapat berbagai amalan shalih dan kebaikan. Seperti manajemen, musyawarah, saling tolong-menolong dalam kebaikan dan saling menasehati.

Organisasi Islam adalah perantara untuk menyampaikan dakwah sehingga menjadi lebih terkoordinir secara rapi dan efektif dalam dampaknya. Sehingga para da'i tidak mengeluarkan sangat banyak tenaga dan waktu dalam menyampaikan konten dakwah kepada masyarakat atau objek dakwah (mad'u). Contoh perantara atau wasilah dalam berdakwah lainnya adalah : khutbah, kajian, brosur dan majalah yang dibagi atau dijual, media informasi dan komunikasi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi dalam islam adalah suatu komunikasi yang mengedepankan perilaku luhur dan akhlak karimah demi tercapainya kemashlahatan dalam sebuah organisasi itu sendiri atau bahkan untuk kemashlahatan ummat.

Dalam kehidupan sehari-hari pun Rasulullah selalu menggunakan konsep berkomunikasi dalam organisasi yang telah Allah SWt. anjurkan. Beliau selalu menggunakan ini dalam rangka dakwah menyebarkan islam dan kebaikan demi tercapainya kehidupan dunia yang falah.

Kisah Rasulullah Saw Dalam Berkomunikasi Organisasi


Adapun beberapa contoh komunikasi organisasi yang dilakukan Rasulullah dan para sahabatnya pada masa itu, seperti Ketika Rasulullah shallallahu 'alayhi wa sallam bersama para sahabat keluar dari Madinah menuju desa Badar untuk perang Badar besar, Beliau shallallahu 'alayhi wa sallam menyusun barisan kaum Muslimin dengan bershaf-shaf (seperti pleton jaman sekarang). Hal ini yang membedakan dengan adat istiadat perang bangsa Arab pada waktu itu yang memakai strategi Al Karr wal Farr ( menyerang dan lari) yang tidak beraturan dan asal menyerang.

Begitu juga dalam pengiriman urusan perang, Beliau shallallahu 'alayhi wa sallam memilih beberapa sahabat yang ahli di bidangnya seperti Hamzah bin Abdul Muththalib, Ali bin Abi Thalib, Khalid bin Walid dan Usamah bin Zaid bin Tsabit. Dalam urusan dana, kita mengenal Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar bin Khaththab,  Abdurrahman bin Auf dan Utsman bin Affan, dalam urusan dakwah dan mengajar, kita mengenal Mush'ab bin Umair, Muadz bin Jabal dan Abdullah bin Mas'ud. Dan masih banyak lagi para sahabat lain radhiyallahu 'anhum ajma'iin.

Adapun sejak awal kaum Kafir Quraisy sudah tahu, bahwa Rasulullah SAW  telah membawa dan mendakwahkan agama baru. Mereka juga tahu, bahwa banyak orang telah memeluk agama yang beliau SAW emban. Mereka juga tahu, bahwa Rasulullah SAW telah mengorganisir dan menjaga para sahabatnya. Namun, pada saat yang sama, mereka tidak tahu siapa saja orang-orang yang telah mengikutinya, dan menjadi anggota organisasinya. Mereka juga tidak tahu, kapan dan di mana Rasulullah SAW dan anggotanya organisasinya berkumpul?

Karena itu tiga tahun pertama ini, sebelum Allah turunkan kepada Rasulullah SAW QS. al-Hijr : 94, "Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu), dan berpalinglah dari orang-orang yang Musyrik." Rasulullah SAW dalam menyampaikan agamanya dilakukan secara terbuka, sejak Allah titahkan untuk mengemban urusan dakwah ini. Inilah yang dinyatakan dalam QS. al-Mudatstsir: 1-2, "Hari orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan!" Menurut Jabir, inilah ayat yang diturunkan pertama kali dalam konteks kerasulan [HR Bukhari].

Dalam kitab Hasyiyatu al-Jamal 'ala al-Jalalain disebutkan, bahwa lima surat yang turun pertama kali di Makkah para fase ini, yaitu al-'Alaq, al-Qalam, al-Muzammil, al-Mudatstsir dan al-Lahab, membuktikan kesimpulan di atas. Bahwa dakwah Nabi SAW sejak awal sudah terbuka, dan tidak sembunyi-sembunyi. Karena itu, yang disembunyikan bukan dakwahnya, melainkan organisasinya, anggota organisasi, tempat dan waktu pertemuannya. Ini diperkuat dengan fakta, bahwa sejak awal, Rasulullah SAW dan para sahabat telah berkumpul di rumah al-Arqam bin Abi al-Arqam, di mana tempat tersebut tidak jauh dari Dar an-Nadhwah, tetapi orang-orang kafir Quraisy tidak tahu, kalau di tempat itulah Rasulullah SAW dan para sahabat berkumpul.

Ini diperkuat dengan riwayat lain, ketika 'Ali bin Abi Thalib menunjukkan tempat tersebut kepada orang yang baru masuk Islam. Ia memberi isyarat, dengan membawa gelas berisi air. Jika beliau menumpahkan gelas yang berisi air tersebut, berarti kondisi tidak aman, sehingga tidak boleh diteruskan. Dengan kata lain, ada perubahan skenario, atau rencana, dari rencana A, ke rencana B. Riwayat ini, dan riwayat-riwayat lain, membuktikan bahwa yang disembunyikan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat bukan ajaran dan dakwahnya, melainkan organisasinya, termasuk orang-orangnya, tempat dan waktunya.

Mengenai identitas orang-orang tertentu yang diekspose atau tidak, dalam konteks ini bergantung kepada pribadinya masing-masing. Sebagai contoh, sebelum 'Umar bin al-Khatthab masuk Islam, beberap sahabat yang berasal dari kabilahnya sudah lebih dahulu masuk Islam, tetapi 'Umar tidak tahu kalau mereka sudah masuk Islam. Sebut saja, Nu'im bin 'Abdillah an-Nahham, dari Bani 'Adi. Bahkan, Sa'id bin Zaid dan Fatimah binti al-Khatthab, adik sepupu dan adiknya 'Umar sendiri, Hubab bin al-Art, juga Sa'ad bin Abi Waqqash.

Sebaliknya, sebelum 'Umar bin al-Khatthab masuk Islam, Abu Bakar as-Shiddiq sudah memeluk Islam. Sejak memeluk Islam, ia pun tidak pernah menyembunyikan keislamannya. Bahkan, melalui Abu Bakar banyak sahabat yang telah berhasil diislamkan.

Ini membuktikan, bahwa masalah identitas keislaman masing-masing anggota organisasi Rasulullah SAW pada fase ini bergantung kepada masing-masing. Mengenai perintah Rasulullah SAW untuk menampakkan identitas keislamannya, bisa dipahami, bahwa perintah tersebut tidak berkonotasi mengikat, atau wajib. Tetapi, kembali kepada kekuatan dan daya tahap masing-masing pribadi mereka. Ketika Rasulullah SAW tidak mengingkari tindakan sebagian sahabat yang tidak menyembunyikan identitas keisalamannya juga menjadi dalil, bahwa tindakan ini tidak dilarang. Di sisi lain, tindakan ini berarti tidak menyalahi strategi dakwah Rasulullah SAW.

Mengenai pelaksanaan ibadah, karena dalam praktiknya ibadah kaum Muslim ini berbeda dengan kaum Kafir Quraisy, baik yang disembah maupun tata caranya, maka dalam konteks ini Rasulullah SAW dan para sahabat tidak mengerjakan ibadah ini secara terbuka dan bisa memancing perhatian mereka. Karena itu, selain di rumah al-Arqam bin Abi al-Arqam, Rasulullah SAW dan para sahabat terkadang mengerjakan shalat di Mina, yang ditutup oleh pegunungan. Selain itu, mereka juga mengerjakan shalat di lembah-lembah di Makkah.

Adapun kerahasiaan tempat-tempat dan waktu-waktu pertemuan mereka, ini bisa dilihat dari riwayat ketika Sa'id bin Zaid dan Fatimah binti al-Khatthab yang melakukan kajian di rumahnya, di bawah bimbingan Hubab bin al-Art. Saat itu, 'Umar tidak tahu, kalau adiknya sudah memeluk Islam. Bahkan, rumah adiknya telah digunakan untuk melakukan halqah. Ketika mereka yang sedang halqah di dalam rumah itu mendengar suara 'Umar di luar, sedang mengetuk pintu, mereka pun segera menyembunyikan lembaran mushaf yang mereka baca. Begitu juga dengan Hubab bin al-Art mereka sembunyikan.

Semuanya ini adalah bukti, bahwa antara kerahasiaan organisasi dan dakwah memang berbeda. Dakwah sejak awal harus dilakukan secara terbuka, dari aspek ajaran, gagasan, pemikiran, hukum dan pandangan yang harus disampaikan kepada publik, sedangkan organisasinya, termasuk anggota, waktu dan tempat perhimpunan mereka tetap dirahasiakan pada fase ini.

Karena itu, tidak ada alasan untuk tidak menyampaikan ajaran, gagasan, pemikiran, pandangan dan hukum Islam kepada publik, dalam kondisi apapun. Baik pada fase rahasia, maupun terbuka. Menyampaikan ajaran, gagasan, pemikiran, pandangan dan hukum Islam kepada publik adalah bagian dari pembinaan umum. Dengannya, publik mengerti, paham dan memberikan dukungan kepada dakwah yang diemban oleh para pengembannya. Dengannya pula, proses rekrutmen anggota organisasi bisa dilakukan.

Begitulah, Rasulullah SAW mencontohkan bagaimana cara dan pola seni komunikasi dalam berorganisasi, yang selalu mengedepankan perilaku akhlaqul karimah dan mementingkan kemashlahatan dan menjalankan setiap misi organisasi dakwah yang dipimpin oleh nya, sehingga agenda-agenda dakwah dalam penyebaran islam pun berjalan dengan sempurna. Wallahu a'lam.

Daftar Pustaka


https://www.google.com/amp/s/mediaumat.news/antara-kerahasiaan-organisasi-dan-keterbukaan-dakwah-nabi-saw/amp/
http://mesjidgedhe.or.id/organisasi-dan-islam/
Mukoyimah: 2015, STRATEGI KOMUNIKASI RASULULLAH DALAM KITAB SHAHIH BUKHARI-MUSLIM, Semarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun