Mohon tunggu...
hanifa hafiza
hanifa hafiza Mohon Tunggu... mahasiswa -

because I love my mother, wherever I am I will fight for her happy

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kamu dan Sisi Lain

1 September 2018   22:01 Diperbarui: 11 November 2018   01:12 682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah kamu tertawa lepas saat dengan ku ?. Pasti kamu tak terima akan pertanyaan yang ku lontarkan. Kita memiliki sisi yang berbeda, tetapi ini hanya pemula dari pertanyaan-pertanyaanku yang lain. Dulu ku tetapkan hati ini untukmu, aku tidak memikirkan tentang resikonya. Dan sekarang aku ingin berbicara tentang resiko yang ku hadapi sekarang.

Kamu tau mereka mencemburuiku, aku hampir saja kehilangan teman sekaligus saudaraku, menghianati janji-janji yang ku buat sendiri, melukai seseorang yang pernah bersamaku dulu, melupakan kewajibanku dan yang paling merenggut rasa bersalahku yaitu mempertahankan hubungan ini. 

Jangan salah paham, tak sedikitpun ego menyertai kata-kata yang ingin ku tuliskan ini. Aku yang sudah berlebihan menyikapi perasaan ini. Sebenarnya aku kasihan denganmu, kamu yang selalu menuruti kata-kataku sedangkan kebahagianmu bukan denganku. Bagaimana mungkin aku memaksakan hubungan yang tak membuatmu nyaman. Ya Tuhan..

Kurang lebih 4 tahun di masa silam, aku pernah bertahan sekuat-kuatnya untuk seseorang. Bahkan semua di abaikan, asal bisa dengannya. Tapi apa yang aku dapatkan hanya hari-hari patah dan kalah. Aku hanya bercerita yang belum kamu ketahui. Tapi bukan ini yang ingin ku permasalahkan. Ini memang sedikit privasi sampai aku enggan untuk membicarakannya secara langsung.

Ada yang tak perlu kamu tau tentang sisi lain keluargaku. Mungkin tidak semua orang bisa memahaminya apalagi menerimanya. Ya kamu bukan orang lain lagi bagiku, tapi perasaanku menyangkal. Aku takut kamu tak siap mendengarnya dan menerima keputusanku. Pasti kau bersikeras memaksaku untuk bercerita dan menyakinkanku bahwa kamu akan mengerti. Ahh tapi tak semudah itu.

Setiap orang tua memiliki pemikirannya masing-masing. Kamu pasti tau bila semua orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya. Bukan hanya orang tuaku, tapi orang tuamu juga. Saat ini ibu mulai menanyakan siapa laki-lakiku sekarang dan apa yang ku pikirkan tentang masa depan.

Aku sudah bercerita tentangmu kepada ibu. Jawabannya tidak masalah siapa laki-laki pilihanku tapi ibu hanya menyerahkanku kepada seseorang yang bisa membimbingku, baik agama maupun pendidikan. Tak ada larangan bila denganmu, tapi tetap harus mempertimbangkan lagi. Kamu yang menempuh pendidikan yang ingin mencapai gelar sarjana ...... dan jarak yang begitu jauh.

Sebenarnya ini masalah keluargaku, aku dan saudaraku tak ada satupun yang mengambil jurusan ...... Jangan tanya kenapa, seperti yang telah ku jelaskan tadi "tidak semua orang memahaminya apalagi menerimanya".

Selama  menjalani long distance relationship , tanpa aku kamu baik-baik saja bahkan lebih bahagia. Cinta hadir dengan baik dan ketika dia berubah menjadi tidak baik. Alangkah buruknya kalau kita terus menggenggam cinta itu. Bukan karena kita menyerah, bukan kita merasa sudah tidak ada harapan lagi. Tapi karena kita tau cinta itu sudah tidak baik.

Kini cinta yang pernah membuatku merasa seperti dilahirkan kembali itu,  berubah memaksaku untuk berhenti. Cinta boleh datang dan pergi, bahkan begitulah cara kerjanya. Dia pernah datang dan sekarang akan pergi dengan cara yang baik. Karena cinta tidak menyakiti, sebaliknya sering kali ego kita sendirilah yang menciptakan sakit itu.

Untuk itu biarkan cinta itu pergi. kita masih bisa hidup sebagai individu yang pernah saling belajar dari cinta yang sama. Walau cinta itu sekarang pergi. Didunia ini tidak ada yang  selamanya, semua hal yang terjadi hanya untuk menjadi pelajaran yang berbeda. Mungkin butuh waktu yang lama sampai akhirnya yang maha cinta menitipkan hati yang baru untuk melahirkan kembali rasa yang dulu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun