Menurut Jean Piaget, teori konstruktivistik menekankan bahwa pengetahuan dibangun oleh peserta didik sendiri melalui pengalaman dan aktivitas belajar aktif, bukan hanya berasal dari lingkungan sosial. Namun, interaksi sosial tetap penting karena dapat memicu konflik kognitif yang membantu siswa memahami sesuatu dengan lebih baik. Proses pembentukan pengetahuan terdiri dari skema, asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi. Piaget juga menegaskan bahwa pembelajaran efektif terjadi melalui kegiatan aktif, interaksi sosial, dan pengalaman langsung, serta bahwa perkembangan kognitif akan meningkat seiring dengan pertumbuhan usia dan sistem saraf manusia.
3. Teori Belajar Humanistik
Pendekatan humanistik adalah teori belajar yang menempatkan peserta didik sebagai pusat dari proses pembelajaran. Artinya, pembelajaran tidak hanya berfokus pada hasil belajar seperti nilai atau pengetahuan, tetapi juga pada perkembangan pribadi, perasaan, dan potensi diri siswa secara menyeluruh --- baik dari aspek pikiran (kognitif), emosi, maupun sosial.
Teori belajar humanistik berfokus pada pengembangan potensi diri siswa dan pada makna belajar bagi setiap individu. Tokoh-tokoh seperti Carl Rogers dan Abraham Maslow menekankan pentingnya kebebasan, empati, serta penghargaan terhadap perasaan dan kebutuhan siswa. Dalam teori ini, belajar dipandang sebagai proses untuk mengaktualisasikan diri, bukan hanya untuk menguasai materi pelajaran.
Terkait dengan delapan keterampilan mengajar (8 skills of teaching), teori humanistik menekankan pentingnya keterampilan seperti memberikan penguatan (giving reinforcement), mengelola kelas (managing the classroom), dan membuat variasi dalam mengajar (making variations in teaching). Guru diharapkan mampu menciptakan suasana belajar yang aman, terbuka, dan menghargai setiap individu, sehingga siswa dapat termotivasi dari dalam diri mereka sendiri (motivasi intrinsik) untuk belajar dan berkembang.
Keterampilan yang paling sesuai dengan teori humanistik adalah Giving Reinforcement (Memberikan Penguatan), karena sejalan dengan nilai utama teori ini, yaitu empati, penghargaan, dan pengembangan potensi diri siswa.
Giving Reinforcement (Memberikan Penguatan) : Memberikan penguatan dapat berupa pujian, dukungan, atau empati kepada siswa. Hal ini membantu siswa merasa dihargai, diterima, dan termotivasi dari dalam dirinya sendiri. Dengan demikian, siswa dapat belajar dengan kesadaran, kebebasan, dan rasa percaya diri, sesuai dengan prinsip utama pembelajaran humanistik.
Making Variations in Teaching (Mengadakan Variasi dalam Mengajar) : Variasi dalam pembelajaran penting untuk memenuhi kebutuhan belajar setiap siswa yang berbeda-beda. Dengan memberikan variasi dalam cara mengajar, guru dapat menghargai keunikan dan individualitas setiap siswa, yang merupakan bagian dari nilai dasar teori humanistik.
4. Teori Belajar Kognitif
Teori belajar kognitif merupakan salah satu teori penting dalam dunia pendidikan yang berpengaruh terhadap cara mendidik dan mengajar. Teori ini berbeda dengan teori behavioristik, yang memandang belajar hanya sebagai hubungan antara stimulus dan respon.
Menurut pandangan kognitivisme, belajar tidak hanya melibatkan reaksi terhadap rangsangan, tetapi juga melibatkan proses mental yang aktif di dalam diri individu. Belajar dipahami sebagai proses berpikir untuk memperoleh, mengingat, dan menggunakan pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang.