Pergeseran pola komunikasi saat ini merupakan dampak dari berkembangnya teknologi komunikasi dan informasi, yang mana pola komunikasi masyarakat saat ini tidak lagi terbatasi oleh wilayah geografis.
Kemampuan untuk memacu percepatan dan pembuatan jaringan baru dimiliki oleh teknologi dan media digital. Laju pertumbuhan dan perkembangan informasi ini bersifat eksponensial.Â
Informasi yang diterima oleh masyarakat atau tiap orang bisa merupakan banjir informasi, yang mana dibawa oleh media digital dan jaringan media komunikasi massa, baik yang bersifat lokal-regional dan internasional.Â
Informasi seperti air bah yang menerpa masyarakat. Bagi manusia yang lapar dengan informasi akan bermanfaat untuk bisa mendapat informasi yang dibutuhkan. Namun dilain sisi, terpaan informasi ini dapat menimbulkan kondisi bebas berlebih atas seluruh informasi yang diterima masyarakat yakni, kesulitan untuk mencerna informasi yang diterima untuk dimanfaatkan dalam membangun dan mengkonstruksi tata sosial yang lebih baik
Informasi yang didapat kemudian semakin membawa masyarakat pada ketidakcerdasan dalam membedakan mana yang hakiki dan mana yang semu, memilah mana yang gosip dan mana yang fakta.
Komodifikasi digital mampu menyediakan ruang-ruang "simulacra". Istilah Simulacra ini dilontarkan oleh seorang tokoh besar cultural-studies bernama Jean Baudrillard. Simulacra adalah suatu kebohongan berupa tanda, atau image yang dibangun seseorang, namun jauh dari realitas asli orang tersebut.
 Digitalisasi masyarakat semakin menempatkan masyarakat menjadi "penonton" kosong yang dibanjiri sejumlah besar informasi. Semakin sempitnya ruang personal dan privat karena rimba informasi digital ini. Hal ini berdampak pada kemungkinan menimbulkan kehampaan baru atas proses pemaknaan realitas yang seharusnya dilakukan oleh setiap pribadi.
Kebutuhan akan literasi media di era ini sangat mendesak karena tingkat kemajuan teknologi komunikasi dan informasi terus berkembang dengan pesat.
Definisi literasi media terdiri dari dua suku kata yaitu media yang merupakan tempat pertukaran pesan dan literacy berarti melek. Dapat disimpulkan bahwa literasi media merupakan kemampuan khalayak dalam melek terhadap pesan media massa dalam konteks komunikasi massa. Pakar komunikasi Paul Messaris mendefenisikan literasi media sebagai suatu pengetahuan mengenai bagaimana media berfungsi dalam masyarakat.
Literasi media memberikan kemampuan kepada khalayak dalam menganalisis, memilah, serta kritis terhadap konten media. Namun hal itu dipengaruhi oleh locus pribadi dari setiap individu dalam menyikapi dan menginterpretsi pesan yang diterimanya.
Menurut Potter, akan semakin banyak makna pesan yang dapat digali dari konten media yang diterimanya seiring dengan semakin tingginya tingkat literasi media seseorang, begitupun sebaliknya.