Menggunakan kotoran ternak sebagai pupuk alami.
Tidak perlu lagi membeli pupuk kimia mahal.
Menghemat air melalui sirkulasi tertutup.
Air kolam digunakan untuk tanaman, lalu disaring kembali oleh akar tanaman.
Memanfaatkan hasil sampingan.
Sayur yang tidak layak jual bisa diberikan ke ayam, kotoran ayam ke maggot, dan seterusnya.
Dengan penghematan ini, petani dan peternak tetap bisa bertahan bahkan di tengah lonjakan harga bahan baku.
Efisiensi ini sangat penting dalam menghadapi krisis pangan global, karena biaya produksi yang tinggi adalah salah satu penyebab utama naiknya harga pangan di pasaran.
Membangun Sistem Ketahanan Pangan dari Bawah
Ketahanan pangan bukan hanya urusan pemerintah, tetapi juga bisa dimulai dari masyarakat.
Sistem pertanian dan peternakan terintegrasi memungkinkan siapa pun --- baik di desa maupun di kota --- untuk memproduksi pangan secara mandiri.
Misalnya:
Di lahan 20 meter persegi, seseorang bisa membangun kolam ikan lele atau nila,
di atasnya dipasang rakit apung berisi tanaman pakcoy atau kangkung,
sementara di sudut halaman bisa dibuat kandang ayam kecil dan budidaya maggot.
Hasilnya, dalam waktu beberapa bulan: