Mohon tunggu...
Hani Zumaroh
Hani Zumaroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Hobby : membaca dan nonton

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Studi Kasus Keikhlasan dan Upah Guru Honorer dalam Mendidik Perspektif Hadis

27 Oktober 2023   22:55 Diperbarui: 27 Oktober 2023   22:56 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Jika ditanya mengenai ikhlas, salah seorang salaf menjawab dengan nasihat untuk tidak menampakkan amal kepada selain Allah. Dzun Nun juga mengemukakan tiga tanda indikasi ikhlas: kesamaan sikap hati dalam menerima pujian dan celaan dari orang awam; melupakan keinginan untuk mendapatkan pengakuan atas amal yang dilakukan; serta melupakan harapan akan pahala amal di akhirat.

Ikhlas pada hakikatnya adalah kebersihan jiwa. Tidak ada keadaan yang dapat merusak amal ibadah seseorang karena tidak ada lagi elemen alam seperti air, api, angin, dan tanah yang memiliki pengaruh. Jiwa memiliki beberapa aspek yang berperan penting. Pertama, jiwa disebut ruh karena ketika berpisah, jiwa dilepaskan, dan ketika kembali, jiwa diperiksa. Kedua, jiwa disebut Muhammad karena senantiasa memuji Allah di segala waktu. Ketiga, jiwa disebut an-nafs al-mutmainnah karena jiwa itu memurnikan dirinya untuk tunduk kepada Allah. Keempat, jiwa disebut qadiun karena diambil dari nur Muhammad yang berasal dari sifat-sifat Allah seperti keagungan, keindahan, kekuasaan, dan kelengkapan. Jarak jiwa dengan Allah tidak dapat diukur dan kedekatannya tidak terganggu oleh faktor eksternal. Jiwa mencerminkan sifat-sifat Allah yang indah. Tidak ada alam yang melampaui esensi, sifat, nama, dan perbuatan jiwa. Kelima, jiwa disebut mustafa karena dipilih sebagai jiwa yang khusus untuk menghadap Allah, dan senantiasa berseru dan bersyukur kepada-Nya. Allah memerintahkan jiwa pada langkah pertama untuk membawa rahasia-Nya, mengajarkan rahasia iman, Islam, tauhid, dan pengetahuan yang intim tentang-Nya.

Menurut ulama, terdapat dua bentuk ikhlas, yaitu ikhlas dalam pelaksanaan amal dan ikhlas dalam memperoleh pahala. Ikhlas dalam amal berarti melakukan segala amal semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, menghormati perintah-Nya, dan menjawab panggilan-Nya. Seseorang yang menerapkan keikhlasan semacam ini memiliki keyakinan yang kuat dan benar. Sebaliknya, nifaq adalah bentuk taqarrub yang tidak ditujukan kepada Allah SWT. Sementara itu, ikhlas dalam memperoleh pahala berarti bertujuan untuk mendapatkan manfaat di akhirat melalui amal kebajikan yang dilakukan. Dalam hal ini, seseorang berharap untuk memperoleh pahala di akhirat. Sebaliknya, riya' adalah bentuk perilaku di mana seseorang mengharapkan manfaat duniawi sebagai balasan atas amal kebajikan yang dilakukan, baik harapan itu datang dari Allah SWT atau dari manusia.

Amal dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian. Yang pertama adalah amal yang mencakup dua aspek keikhlasan sekaligus, yaitu dalam menjalankan ibadah hanya karena Allah. Yang kedua adalah amal yang tidak memiliki niat yang ikhlas untuk memperoleh pahala, namun juga bukan merupakan keikhlasan dalam amal itu sendiri. Ini mencakup hal-hal yang diizinkan sebagai persiapan untuk ibadah. Sementara itu, ikhlas dalam amal yang bertujuan untuk mencari pahala terjadi ketika seseorang melakukan ibadah batiniah, tetapi memiliki motivasi untuk mendapatkan keuntungan dunia, seperti penghargaan atau keuntungan materi. Amal ini dianggap sebagai persiapan, keikhlasannya termasuk dalam kategori ikhlas mencari pahala, bukan ikhlas dalam amal itu sendiri. Oleh karena itu, kategori ini tidak dapat dianggap sebagai amal yang mendekatkan diri kepada Allah, melainkan hanya sebagai alat untuk mendekatkan diri semata.

Mengembangkan nilai-nilai keikhlasan dalam mengajar melibatkan langkah-langkah berikut: Pertama, mengerti bahwa amal hanya akan diterima jika dilakukan dengan ikhlas dan tanpa motif lain. Kedua, menyadari bahwa tindakan mengajar memiliki nilai yang besar ketika kita mengabaikan kepentingan dunia dan kembali kepada Allah SWT. Oleh karena itu, penting untuk melibatkan diri dalam berbagai amal kebaikan di dunia, termasuk kegiatan mengajar. Ketiga, mengerti bahwa Rasulullah Saw sangat mencintai proses belajar dan mengajar. Jika kita mengklaim mencintai Allah, kita harus menjaga agar pengajaran kita tetap ikhlas agar tercatat dalam catatan malaikat dan pada akhirnya berkumpul dengan Nabi dan para sahabat yang lain.(Fauzan, 2021)

Ikhlas adalah konsep penting dalam agama Islam yang mencakup kejujuran, ketulusan, dan niat yang murni dalam beribadah. Allah SWT hanya menerima amal perbuatan yang dilakukan dengan ikhlas, yaitu semata-mata untuk mencari keridhaan-Nya. Para ulama Islam menjelaskan bahwa ikhlas melibatkan menyucikan niat, menghindari riya', dan memelihara amal agar tidak rusak dengan perasaan sombong atau riya'. Ikhlas adalah keadaan hati yang terpuji, di mana seseorang beribadah hanya untuk Allah SWT, tanpa motif yang lain.


Para ulama menyampaikan definisi yang serupa, meskipun dengan kalimat yang berbeda, dalam menjelaskan ikhlas. Ikhlas berarti mengarahkan semua perbuatan kepada Allah SWT, bukan kepada manusia. Ikhlas melibatkan pemurnian niat dan pembebasan diri dari perhatian dan pujian manusia. Tujuan seseorang yang ikhlas adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan untuk mencari pengakuan atau sanjungan dari orang lain.

Dalam mencapai ikhlas, seseorang harus menjaga amal perbuatan dari pengamatan orang lain, mengabaikan keinginan untuk dipuji atau mendapatkan penghargaan atas amalnya, dan melupakan harapan akan pahala amal di akhirat. Ikhlas juga mencakup memutuskan keterikatan dengan hubungan manusiawi dalam perjalanan seseorang dengan Tuhan. Ikhlas berarti membersihkan perbuatan dari perhatian manusia dan menjaga diri dari perhatian orang lain.

Ikhlas pada hakikatnya adalah kemurnian jiwa. Jiwa memiliki peran yang penting dalam konsep ikhlas dan memiliki berbagai nama seperti ruh, Muhammad, an-nafs al-mutmainnah, qadiun, dan mustafa. Jiwa ini mencerminkan sifat-sifat Allah dan berperan krusial dalam upaya mencari kedekatan dengan-Nya.

Dalam konteks mengajar, nilai-nilai keikhlasan dapat disemai melalui pemahaman bahwa amalan hanya diterima oleh Allah SWT jika dilakukan dengan ikhlas dan tanpa motif lain. Memahami bahwa mengajar adalah pekerjaan yang dicintai oleh Rasulullah juga bisa menjadi motivasi untuk menjaga keikhlasan dalam mengajar. Amalan kebaikan, termasuk mengajar, memiliki nilai yang tinggi dan perlu dilakukan dengan ikhlas agar mencapai nilai-nilai keikhlasan tersebut.(Kedua, 2018)

Hukum menerima upah dalam mengajar bervariasi tergantung pada negara dan lembaga pendidikan. Secara umum, menerima upah sebagai pengajar dianggap wajar dan sah. Regulasi lokal atau kebijakan lembaga pendidikan perlu diperhatikan. Menerima upah adalah bentuk pengakuan dan imbalan atas kontribusi dan profesionalisme pengajar dalam pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun