Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kucing Hitam

2 Januari 2024   15:00 Diperbarui: 2 Januari 2024   15:12 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kucing hitam itu datang setiap tengah malam.

Duduk di sisi jalan sepi dan lengang. 

Tidak mengeong sebab mulutnya di bungkam.

Mata kanannya buta, kakinya pincang.

Bau badannya amis seperti bangkai ikan di comberan tercium hingga depan jendela rumahmu yang kusam.

Terbawa ke dalam mimpimu. Bukankah akhir-akhir ini kehidupan terus mencekam membuatmu terus mengigau.

Kucing hitam itu pernah mengetuk pintu rumahmu. Di tendangnya ia di singkirkan melulu 

sebab bagai pengemis bagai rakyat papa tak tahu malu.

Kucing hitam membelah malam. Membelah ujung-ujung kabut di persimpangan.

Baliho-baliho demokrasi mencibir, foto-foto calon legislatif tersenyum sinis menatap jalannya yang pincang.

Kucing hitam kucing manis mencari tempat tidur sampailah ia di bawah meja para penjudi di lingkarkan tubuhnya melepas lelah sebab di pelataran rumah ibadah ia di usir. Najis kilah seseorang yang katanya beragama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun