Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Gagak Hitam

6 Oktober 2021   16:30 Diperbarui: 6 Oktober 2021   16:35 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto. Gagak Hitam. pixabay.com

Gagak hitam, oh gagak hitam sudikah engkau membawaku terbang ke tepian hari mengarungi luasnya langit berwarna-warni.

Tubuhku terasa berat oleh masa lalu yang getir dan saat ini aku lebih banyak diam mengurung diri, menjadi asing dan asin.

Aku ingin merasakan angin di tempat terbuka, mengeyangkan paru-paruku dengan udara jernih yang belum pernah ku rasa.

Sebab di bumi di tempat aku berpijak hanya ada sedikit udara segar selebihnya telah tercampur racun, menyengat hidung serta berbisa.

Tubuhku penuh luka di dera sunyi, bayanganku pun sekarat dan menyepi.

Aku bagai jalan-jalan sempit yang tak lagi di lalui, terlupa, hilang terselimuti semak-semak belukar.

Tak ada bunga-bunga tumbuh di sana, tak ada matahari, tak ada air bahkan tak ada hujan yang turun bagi jiwaku yang lara sendiri.

Aku hanyalah pokok-pokok duri yang melata, menjadi tempat sarang-sarang ular berbisa.

Namun mataku masih dapat menatap ke arah cahaya, meski hanya setitik cahaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun