Malam tak pernah menanyakan kapan pagi datang, malam hanya berserah diri kepada cahaya yang menuntunnya untuk kembali rebah di antara pendar fajar merah.
Malam senantiasa berbisik pada keheningan yang menguasai matanya untuk selalu bisa terjaga sampai matahari tiba. Ia tak pernah mengeluh, ia hanya menjaga wibawanya agar tetap utuh.
Malam adalah kiblat para penyair yang rindu menuliskan sajak-sajak cinta kepedihannya untuk sang dewi yang terang menyala di utara jiwa dan di selatan sebagian rindunya di telan gelap gulita.
Malam tak pernah habis di tebas kata-kata, malam menjadikan semuanya istirahat dalam keheningan yang sentosa. Malam tak pernah gagal menjadi penghantar kekhusyukan doa di kala jiwa meronta.
Malam telah menjadikan diriku akrab mengenali dunia bahwasanya hidup tak selalu berwarna namun perlu juga pekat untuk meraba sejauh mana kita berguna bagi sesama. Malam mengajariku untuk selalu terbuka, merendah dan sederhana.
Terima kasih malam.
18 Oktober 2019
Kebayoran Lama