Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Hampa

9 November 2018   20:59 Diperbarui: 9 November 2018   21:19 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku melihat waktu tergelincir ketika hujan berakhir membuka tabir, angin dengungkan nyanyian kumbang, persis menyerupai suara adzan. Menggema, mengajak kita larut sejenak dalam kehampaan antara ada dan tiada namun bagiNya segala sesuatu mustahil tak tercipta. Allah Maha Esa, Allah Maha Kuasa. Tak ada sesuatu pun yang dapat menandingiNya.

Kabut merambat ke dalam cahaya meliputi pula ke dalam jiwaku yang fana, jubah kematian, lingkar kehidupan menyatu di dalam semesta raya. Jalan-jalan asing dan berduri terbuka menuju singgasana di mana Tuhan tak pernah lelah menitah. Oh jendela hati yang terluka, oh mata batin yang terkoyak moyak, dosa-dosa ku berkecipak bagai buih-buih di tepian pantai yang tak pernah habis terurai.

Handy Pranowo

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun