Malam yang tak pernah larut di matamu, sebongkah harap mengendap menjadi kabut. Menikmati perih yang kian berlagu, irama sepi bayang-bayang kelabu.Â
Hidupmu membeku dalam kegelapan rindu, menanti kekasih yang hilang di telan waktu. Tak ada isyarat kepergiannya kecuali cuitan burung malam ketika mendekati subuh.
Ada lubang menganga di dadamu tempatnya dulu bersemayam memadu cumbu. Kini yang tersisa hanyalah perih, perih yang belum pernah kau nikmati sebagai mana mesti.
Menjadi seorang perempuan yang di tinggal pergi kekasih. Mulutmu menelan pahit, matamu melerai air mata yang jatuh. Hingga malam tak pernah larut di matamu.
Kepada Tuhan kau meminta semoga ia masih hidup. Harapan datang menjemput seluruh rindu yang pernah ia tanggalkan di kedua bahumu. Oh mendung, cipratkanlah benih hujan ke dalam kalbu.
Aku menunggunya meski tertatih-tatih dalam pilu.
Handy Pranowo
190218