Mohon tunggu...
Handy Fernandy
Handy Fernandy Mohon Tunggu... Dosen - Pelaku Industri Kreatif

Dosen Teknik Informatika Universitas Nahdatul Ulama Indonesia (Unusia) Pengurus Yayasan Gerakan Indonesia Sadar Bencana (Graisena)

Selanjutnya

Tutup

Bola

Berkaca Kembali pada Kegagalan Inter Milan di Bawah Kendali Erick Thohir

5 Desember 2022   07:27 Diperbarui: 5 Desember 2022   07:45 3681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Erick Thohir (sumber: jpnn)

Sejak menjadi Presiden Inter Milan pada 2013 sampai akhirnya lengser di tahun 2018 tak ada prestasi yang berarti, klub berseragam Biru-Hitam itu hanya berstatus  sebagai tim medioker. 

Pada musim 2012/2013, Inter hanya mampu finis di peringkat 9---terburuk sejak 1974/1975. Posisi terbaik selama era Erick Thohir adalah rangking 4 pada musim 2015/2016 dan 2017/2018. Singkatnya, Inter Milan nir gelar di masa Erick Thohir sebelum digantikan oleh pengusaha kakap asal Tiongkok, Steven Zhang.

James Piscopo dalam tulisannya di Sempre Inter menyatakan bahwa di masa kepemimpinan Erick Thohir, klub seolah-olah autopilot. Hal tersebut lantaran jarangnya Erick Thohir hadir di Italia---dengan menunjuk Direkrut Piero Ausilio, merekrut Michael Bolingbroke dari Manchester United sebagai CEO, Claire Lewis dari Apple dan Robert Faulkner dari UEFA untuk menjalankan roda klub seolah tanpa pengawasan yang ketat dari Erick Thohir.

Akibatnya cukup mengejutkan, memecat Roberto Mancini dua minggu sebelum musim Serie A edisi 2016 mulai dengan Frank de Boer---seorang pelatih yang belum pernah mencicipi karir di Italia. Keputusan tersebut blunder karena De Boer yang ditunjuk menggantikan hanya berada di Inter selama kurang dari tiga bulan.

Bila di era Massimo Moratti, Inter Milan dikenal sebagai tim kaya raya dan senang merekrut pemain bintang, bahkan memecahkan rekor transfer dalam perekrutan Ronaldo Luiz Nazario de Lima dan Christian Vieri, namun di masa Erick Thohir, tidak ada pemain bintang yang bisa disejajarkan dengan dua ama legenda di atas.

Joao Mario, pemain rekrutan termahal di era Erick Thohir dengan biaya transfer sebesar 40 juta euro atau setara dengan Rp693 miliar tak memiliki karir cemerlang di Inter Milan. Ia bahkan lebih sering dipinjamkan ke berbagai klub seperti West Ham hingga Lokomotiv Moscow sebelum balik kembali ke Benfica.

Memang di masa Erick Thohir banyak pemain berstatus bintang seperti Lukas Podolski, Xherdan Shaqiri, Nemanja Vidic, dan Pablo Osvaldo. Namun, pemain tersebut didatangkan ketika masanya sudah habis atau sudah melewati peak performance sehingga tidak dapat menampilkan permainan terbaik mereka.

Tak heran, mantan petinggi Inter Milan, Ernesto Paolillo hanya memberikan nilai 4 dari 10 menilik kinerja Erick Thohir selama memimpin Inter Milan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun