Mohon tunggu...
handrini
handrini Mohon Tunggu... Lainnya - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional

world are wide, but there's only small spot to make a mistake, Be wise, get grow, so can mature at the same time. be wise it's not easy eithout make wisely as a habit

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mengenali Jurnal Predator dan Bisnis "Tipu-Tipu" Jurnal

5 Juni 2023   22:17 Diperbarui: 6 Juni 2023   10:09 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oya, di tempat saya mengabdi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menawarkan pembimbingan tugas akhir mahasiswa semacam itu free melalui website resmi BRIN khusus untuk layanan sains yaitu E-Layanan Sains atau yang lebih dikenal dengan panggilan kesayangan "ELSA BRIN". Tentu saja harus melampirkan sejumlah dokumen resmi ya, bukan asal-asalan. Jadi bisa klik di:

https://elsa.brin.go.id/layanan/index/Bimbingan%20Mahasiswa%20Tugas%20Akhir%20S1%20Thesis%20S2%20Disertasi%20S3/1192. Tentu saja layanan ini bukan semacam kita menjahitkan baju, terima beres jadi ya.. karena secara prinsip yang akan dibantu adalah bagaimana memahami proses ilmiah penulisan jurnal mulai bagaimana membuat abstrak, perumusan masalah yang menarik dan lain sebagainya.

Sayangnya rata-rata orang maunya yang instan. Cepat dan tidak mempertimbangkan bagaimana menghargai jerih payah orang lain yang membantu. "Malas ah, ribet kalau lewat ELSA," begitu rata-rata komen yang kerap saya terima. Potong kompas adalah salahs atu kebiasaan yang membuat kita kerap terjebak dalam jerat bisnis tipu-tipu jurnal predator hingga asistensi. Ada yang memang setengah serius mengelola. 

Mengapa saya bilang setengah serius? Karena mereka meskipun menjalankan bisnis itu dengan sejumlah nama yang layak dipercaya karena memiliki banyak naskah jurnal yang terbit di jurnal terindeks Scopus tapi ternyata saat memberikan saran memasukkan ke jurnal tertentu tidak sesuai bidang atau tidak sesuai topiknya. Pantas saja ada klien yang marah-marah. Bagi mahasiswa yang terpepet waktu jelas "bunuh diri" jika mengandalkan asistensi dari bisnis asistensi semacam itu. Sudah mengeluarkan uang jutaan rupiah tapi hingga setahun lebih tidak ada hasil nyata.

Minimnya Keteladanan

Sayangnya masyarakat kita juga kurang bisa menghargai betapa tidak mudahnya membuat jurnal hingga akhirnya terbit dan dimuat di jurnal bereputasi. Seolah upaya mengelola pikiran yang memakan waktu dan tenaga dianggap sesuatu yang remeh. Bahkan ada yang tidak mau tahu apa dan bagaimana isi dari jurnal - hanya mau tahu "pokoknya beres". Ada satu - dua kejadian seorang pejabat berambisi memiliki titel Doktor namun sepertinya sadar kemampuannya belum memadai.

Alhasil mengejar-ngejar untuk memastikan kesediaan membantu semua pengerjaan tugas-tugas dari awal sampai tugas akhir hingga jurnal. Maklum, untuk mendapatkan Doktor honoris causa - jabatannya yang masih nanggung belum memadai. Ternyata tidak hanya saya, sejumlah nama pun ikut "ditembak" dan dikejar. Prestisius predikat Doktor dari Universitas Negeri Bonafide banyak mengoda orang untuk memaksa menjadi "joki".  Praktik-praktik minimnya keteladanan bagaimana menghargai proses akademik untuk mendapatkan gelar Doktor yang sangat minim di Indonesia membuat praktik-praktik semacam itu menjamur. 

Pernah saya iseng bertanya untuk asistensi pemuatan jurnal dengan naskah dari kita berapa, pihak penyedia layanan itu menyebut angka 30 juta (dengan catatan naskah dari kita). Itupun jurnal yang disebut sengaja saya telusur ternyata kredibilitasnya dibawah dari jurnal terindeks SINTA 2 yang pernah saya jadikan target sasaran untuk memuat tulisan saya dari hasil tugas akhir satu mata kuliah saat saya menjadi mahasiswa dulu. Bahkan banyak kisah-kisah beredar. Misal si A yang lulus cumlaude dari program doktor ternyata dibelakangnya ada begitu banyak tim pengembira. 

Memang adalah sah-sah saja ketika kita minta bantuan seseorang untuk melakukan proofread. Sejauh memang kondisi finansial kita memungkinkan. Saya sendiri karena keterbatasan dana yang kala itu tersedot banyak untuk biaya pengobatan dan kesehatan mau tidak mau melakukan segala proses pembuatan tugas akhir termasuk jurnal all by my self. Tentunya dengan masukan dan bimbingan Promotor, Ko-Prom dan para penguji. 

Akan tetapi, ternyata masih banyak yang tertipu dengan bisnis tipu-tipu jurnal dan asistensi penerbitan jurnal seperti yang saya temui malam ini. Hingga akhirnya mengetuk hati saya untuk menuliskan artikel ini sebagai pembelajaran bersama. Yang terpenting begitu ada jurnal yang memberikan review minim revisi, kita jangan mudah bahagia karenanya. Karena jurnal abal-abal biasanya sangat mudah proses reviewnya. Malah ada yang membiarkan artikel yang dimuat typo error atau bahkan tertulis dalam bentuk paragraf yang acak-acakan. Jangankan dalam jurnal internasional bereputasi, untuk draft awal disertasi saja, typo error bakal mendapatkan kritikan yang pedas jika dilakukan.

Sekedar berbagi pengalaman, untuk bisa diaccepted di jurnal terindeks SINTA 2 saja perlu melakukan revisi berulang kali. Demikian pula di jurnal yang terindek Web of Science (WoS). Jangan keliru, lagi-lagi laman pengindeks WoS pun menjadi sasaran untuk dikloning dengan tujuan tipu-tipu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun