Mohon tunggu...
Handi Yawan
Handi Yawan Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Fiksi & Kreator Komik

Tinggal di Bandung

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | Piknik ke Negeri Piramid #9

27 Januari 2020   14:33 Diperbarui: 27 Januari 2020   14:34 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Chapter III

Run Through The Light

Dalam keadaan waktu berjalan, Alaksolan sempat bicara kepada Herman dan Amanda. Tetapi Herman dan Amanda lebih tertarik melihat perubahan waktu yang dilalui.

Mereka lihat permukaan bumi semua telah membeku dan seluruhnya telah ditutupi oleh salju tebal.

Dunia yang indah bermandikan cahaya sinar matahari, pepohonan yang senantiasa berbunga sudah tidak ada. Diganti oleh air yang membeku menjadi es tebal dan menutupi apapun.
Hanya puncak Piramida paling besar saja yang masih meyisakan bagian yang tidak tenggelam, sekalipun demikian telah ditutupi oleh salju pula.

Panel penunjuk waktu di depan mata menunjukkan waktu yang sedang mereka lalui. Perlahan-lahan gedung tempat mereka berada runtuh satu persatu dan mereka saling mencari pegangan karena wahana ikut turun, tenggelam ke dasar laut.

Petunjuk waktu berupa cahaya terus berjalan maju. Cuaca masih beku. Tidak ada apa-apa lagi tersisa dari negeri Para Dewa yang tampak, tetapi yang tinggal hanyalah piramida- piramida yang dibuat dari batu dan itupun masih di bawah permukaan air.
Mereka melihat ruangang-ruangan tersisa di bawah piramida-piramida dipenuhi tumbuhan laut dan telah menjadi sarang ikan dan hewan-hewan laut lainya.

Angka menunjukkan 2.500 BC permukaan air laut mulai surut dan cahaya sinar matahari sudah mulai terang menembus dalam ke air.

Di angka 2.000 BC dasar laut sudah menghilang dan telah diganti oleh hamparan pasir yang kering dan terik oleh sinar matahari. Batu-batu besar yang berserakan akibat gempa dan terjangan tsunami dibiarkan di tempat asalnya karena mereka tidak ada yang mampu memindahkannya.

Deburan ombak menghantam tepian Sphinx yang telah menjadi batu karang.
Sekarang mereka tahu, erosi pada sphinx dan piramida-piramida akibat terjangan ombak selama lembah ini menjadi tepi lautan.

Perjalanan ditempuh dengan lambat sehingga setiap detiknya menjadi ujian kesabaran mereka yang gelisah ingin segera sampai.

Herman dan Amanda Maklum, wahana ini sudah lama tidak dipakai dan pernah mengalami perbaikan sehingga berjalan lambat. Tetapi mereka mulai tenang ketika waktu berjalan menjadi lebih cepat, rupanya mesin wahana mulai panas pikir mereka.

Di Tahun 2010.

"Home sweet home... !" Senyum Herman dan Amanda menghiasi bibir masing-masing. Lebih-lebih ketika melihat banyak turis saling berfoto-foto di depan Piramida-piramida.

Tetapi kejutan lain datang. Tiba-tiba didepan mereka banyak terdapat rongsokan kendaraan lapis baja dan bangkai-bangkai pesawat tempur teronggok di atas tumpukan besi-besi tua lainnya.

Barulah mereka sadar waktu terus berjalan, padahal panel cahaya menujukkan tahun 3020!

"Hei,kenapatidakberhenti?"tanyaHerman.
Amanda juga sama tidak mengerti.

"Ada yang rusak dengan mesinnya mungkin...," kata Amanda.

"Pantas, kok nggak berhenti," gumam Herman, "dan zaman asal kita, dilewati pula."

"Bagaimana ini?" Amanda menjadi cemas, "kita tidak bisa pulang?"

Herman penasaran apa yang salah dengan mesin ini. Lalu melihat-lihat barangkali ada yang bisa ia lakukan.
Herman merasa ada yang ganjil, ketika melihat plat nama di bawah meja panel time machine. Tulisannya masih jelas dibaca, "InterTime". Herman terkejut membacanya?

"Wahana ini property Inter Time ..." gumam Herman penasaran sambil menengok ke arah
Alaksolan dengan pandangan penuh sejuta pertanyaan.

"Kamu bukan orang Osiris!" kata Herman.

"Yup," Aku berasal dari masa depan kalian. Dan namaku bukan Alaksolan, tapi Ben Nassor."

Jawaban Ben Nassor mengejutkan mereka sehingga membuat Herman dan Amanda menjadi kecewa. Mereka merasa sudah dibohongi oleh Alaksolan atau Ben Nassor.

"Kenapa kamu lakukan semua ini kepada kami?" Tanya Amanda.

Tapi sia-sia saja dan Ben Nassor tidak memperdulikan protes mereka..

"Bukankah kamu bisa minta baik-baik?" sungut Herman yang sekarang menjadi marah.

"Kenapa kamu tidak meminta kepada kami untuk diantarkan dulu ke masa mu?" Sesal Amanda pula.

"Aku mengaku orang Osiris agar kalian percaya" Jelas Ben Nassor. "Karena bila terus terang, belum tentu kalian mau mengantar aku kembali ke masaku sendiri."

"Aku kabur dari masaku, tapi aku tidak mau mati di dunia asing. Sekarang aku kembali dan akan kuselesaikan masalahku di sini."

Herman dan Amanda memandang Ben Nassor dengan tatapan kecewa.

"Aku tahu kalian sejak lama," aku Nassor.

Mendengar hal ini, keduanya malah bertambah dongkol merasa diperdaya oleh orang dari masa depan ini.

"Di masaku, kalian adalah legenda yang membawa rahasia-rahasia Osiris untuk dimanfaatkan pada peningkatan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi bumi di masa depan.
Sayang, dunia telah berubah. Teknologi itu sekarang hanya dikuasi oleh tirani dan aku salah satu pemberontaknya.

Nyawaku terancam sehingga aku mencari cara untuk kabur dan Time Machine yang pernah membawa kalian ke Osiris adalah konsekuensi logis tujuanku, sekalian mengadopsi rahasia-rahasia ilmu pengetahuan itu untuk melawan tirani."

"Setelah kasus kalian, Time machine di masaku hanyalah jadi barang musium, karena akhirnya Time Traveler dilarang karena diprotes banyak orang yang kehilangan anak atau saudara mereka di dunia-dunia yang dikunjungi akibat terbunuh, penyakit, kecelakaan dan lain-lain.
Ternyata daripada manfaatnya, Time Traveler lebih banyak dampak buruknya.

Tapi aku memaksakan diri menggunakannya Wahana rusak ini," kata Nassor sambil menunjuk wahana yang membawanya pulang kembali.

"Aku bergegas dengan waktu untuk menemukan kalian, karena kalian punya Time-locker nya yang aku bawa sendiri hanya bisa dipakai sekali jalan."

"Selama aku tinggal di negeri Piramid, aku pindahkan time machine satu persatu bagian ke apartemenku karena wahana ini tiketku untuk kembali pulang. Itulah pula sebabnya aku selalu berikan alasan kepada kalian untuk mengulur-ulur waktu sambil mempersiapkan time mesin untuk dipakai seperti saat ini."

Panel cahaya di atas menunjukkan angka 3210 dan seketika waktu berhenti maju. Rupanya mereka telah tiba di waktu tujuan yang telah diseting oleh Ben Nassor.

Sekarang Herman dan Amanda mengerti alasan Ben Nassor berbuat seperti itu dan mereka mengalami sendiri keinginan kuat untuk lari dari dunia yang sedang kiamat.

"Tapi jangan kuatir," kata Nassor sambil melemparkan tempus fugit ke arah Herman, " nih, aku kembalikan. Dan kalian bisa pulang."

Herman menyambut lemparan itu. Lalu Nassor turun dari wahana lalu bergegas pergi.

Sebelum jauh, Ben Nassor berbalik badan lalu bicara kepada Herman dan Amanda.
"Sebaiknya kalian segera pergi pulang. Walaupun duniaku kacau sekali, tapi ingatlah dunia hanya cocok untuk masa kita masing-masing."

***

Herman dan Amanda merasa lega setelah semua menjadi jelas. Lalu mereka memutuskan pulang.

"Ada-ada saja," gerutu Amanda sedikit kesal karena perjalanan pulangnya harus tertunda. "Kita harus seting ulang Time-locker ke default, Her!"

"Yah ... sayang sekali. Setelah melalui semua ini, sudah waktunya kita pulang ." kata Herman sambil menatap Amanda penuh cinta.

"Walaupun sayang juga kapan lagi ada di masa depan."

Amanda mengangguk turut menyesalkan.

"Apa yang terjadi dengan bumi di masa depan, ya?" kata Amanda, "jadi penasaran nih..."

Amanda menatap wajah Herman mencari tahu apa pendapatnya.

"Kayaknya kalo mampir sebentar gak ada salahnya." Herman menimbang-nimbang.

"Kenapa tidak!" usul Amanda. "Aku ingin tahu bagaimana kita di masa depan?"

"Siapa takut!" Seru Herman menerima ajakan Amanda.

"Yang paling penting nanti kita bisa mencegah umat manusia supaya tidak bikin salah yang merugikan kehidupan di masa depan." Tambah Amanda.

"Asyiik," kata Herman, "tapi jangan lupa, Tempus Fugit harus selalu kita bawa!"

Akhirnya mereka menunda pulang dan memutuskan turun dari wahana dengan keingin-tahuan yang besar.

***

Sekarang Herman dan Amanda benar-benar melihat di sekeliling dengan lebih teliti.

Mereka yakin, dulu tempat ini adalah sebuah kota, tetapi sekarang telah menjadi pantai. Gedung-gedung tinggi yang sudah berupa puing-puing seolah-olah begitu saja muncul dari permukaan air.

Ombak-ombak menerpa ruang dalam gedung yang sudah bolong besar dan kini berfungsi sebagai dermaga, dari semua itu terlihat perahu-perahu kayu yang ditambatkan.

Tetapi pemandangan yang amat mencolok hadir mengusik mata mereka. Dari tempat ini mereka melihat tembok besar yang menjulang tinggi dan lebar sepajang tepi pantai. Tempat apakah itu pikir mereka?

Di langit benteng besar itu mengapung beberapa pesawat udara yang bergerak naik turun seperti terbang sebuah balon udara.

Tiba- tiba mereka dikejutkan oleh datangnya suara keras dari sebuah alat berat.
Herman dan Amanda mencari asal suara.
Alangkah terkejut mereka melihat benda raksasa dari logam berjalan ke arah mereka. Dan ternyata tidak

satu, ada beberapa benda yang sama mengikuti dari belakang.

Setelah diamati ternyata mesin itu adalah robot-robot berkaki empat.
Tinggi kaki-kaki robot puluhan meter, sehingga mereka leluasa melangkah diantara genangan air dan puing-puing gedung runtuh.
Langkah kaki yang berat menimbulkan sibakan air yang keras sehingga timbul ombak kecil menerpa tepi puing-puing gedung.

Bentuk robot seperti seekor gurita yang keempat belalainya dipakai berjalan.
Pada kepala setiap robot terlihat ada sepasang moncong senapan, masing-masing di sisi rahangnya. Langkah kaki robot-robot terlihat berat, tetapi kepala gesit bergerak ke segala arah seperti seekor capung mencari mangsa.
Dua mata robot yang besar nyalanya berwarna kuning terang dibandingkan warna cat tubuh robot yang antik silver.

Maksud hati Herman dan Amanda hendak melihat apa yang terjadi, namun belum juga kaki melangkah, mereka mendengar suara tembakan beruntun!

Beberapa orang yang membawa senjata api berlari mencari tempat perlindungan di antara reruntuhan. Sementara yang lain menghujani robot-robot dengan tembakan senjata api dari berbagai penjuru.

Saat itu mereka melihat Ben Nassor membawa senjata api pula dan beberapa kali sempat ikut menembaki robot-robot. Herman dan Amanda bersembunyi kuatir kena peluru nyasar.

Herman dan Amanda dibuat bingung dengan kejadian mendadak di hadapannya.
Ternyata di sini sama tidak menyenangkan dibandingkan dunia yang baru saja mereka tinggalkan. Di sini sedang terjadi konflik bersenjata dan mereka terjebak diantara pertempuran yang tidak mereka harapkan.

Tiba-tiba ujung senapan robot yang selalu menyalakan cahaya merah memuntahkan cahaya panas kearah orang-orang yang bersembunyi.
Robot yang paling dekat telah membalas serangan para manusia yang ibarat semut bersembunyi dalam sarang koloninya.

DUARRRR!!! Muntahan cahaya menghancurkan sasaran.
Serangan cahaya panas telah menghancurkan tempat persembunyian.
Orang-orang yang terkena tewas seketika dengan tubuh hangus, tergelatak diantara puing-puing.

Robot-robot terus bergerak mencari sasaran lain dan mengabaikan tembakan balasan dari musuh.

Tembakan-tembakan yang dilancarkan manusia tidak banyak berakibat kerusakan pada robot-robot raksasa.

Dalam persembunyiannya Herman menilai pertempuran ini tidak seimbang.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun