Mohon tunggu...
Surya Handika Rakhmat
Surya Handika Rakhmat Mohon Tunggu... Konsultan - Social Media Analyst

Kini hobi berlari, berupaya mengejar 10K di bawah 1 jam.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Era Modern Siapa Butuh Becak?

22 Januari 2019   19:23 Diperbarui: 22 Januari 2019   19:56 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

Setelah puluhan tahun dilarang beroperasi, di bawah pemerintahan Gubernur Anies Baswedan, becak dapat kembali dioperasikan. Meski tidak dapat beroperasi secara bebas, becak dapat beroperasi di pemukiman dan kampung. 

Tidak hanya itu, becak juga nantinya akan dibuatkan jalur khusus yang dapat menghubungkan beberapa tempat wisata di Jakarta. Namun, kebijakan tersebut menuai protes di berbagai kalangan. Ketua DPRD DKI Jakarta, Edi Marsudi dengan tegas menolak keputusan tersebut. Edi meragukan jika tukang becak akan tertib bila diberi aturan sekalipun.

Dengan permasalahan tersebut dapat diambil benang merah bahwa polemik ini terjadi di kalangan tradisionalis dan modernis. Di mana tradisionalis ingin kembali memertahankan warisan transportasi becak seperti sedia kala, sedangkan modernis yang tidak ingin Jakarta tambah macet dengan kendaraan yang terlalu memakan jalan tersebut dan kecepatannya rendah.

Analisis Masalah

Sejumlah perdebatan dari pelegalan becak di ibukota membuat sebuah kelompok tersendiri. Komunikasi yang terlahir dari sebuah kebijakan tersebut, dipandang dari perspektif tradisionalisme dan modernisme. Tradisionalis yang coba untuk membawa warisan masa lalu, dengan kalangan modernis yang menolak untuk kembali ke masa lalu dan ingin bergerak maju ke depan seiring perkembangan zaman.

Saling lempar pandangan dikemukakan kedua belah pihak di media massa. Hal itu pun memantik sejumlah warga untuk bereaksi. Bisa dibilang, komunikasi antar keduanya memunculkan warna baru dalam kajian komunikasi antar agama dan budaya. Di mana peranan budaya dalam hal ini yaitu antara kalangan tradisionalis dan modernis.

Becak bisa dibilang merupakan budaya, karena kehadirannya sudah ada sejak lama dan bahkan pernah menjadi andalan. Seperti budaya pada umumnya, ada yang tergerus oleh perkembangan zaman bahkan tidak relevan lagi ada pula yang masih eksis memertahankan diri sebagai sebuah nilai. 

Menurut hemat penulis, budaya memang harus dilestarikan keberadaannya namun, perlu diperhatikan pula apabila terdapat masalah yang timbul seiring dengan budaya itu sendiri di zaman sekarang.

Kedua perspektif ini memerankan peran penting di mana salah satunya, tradisional, ingin memertahankan budaya warisan lama, sedangkan modern ingin meninggalkannya dan bergerak maju seiring perkembangan.

Tradisionalis Pertahankan Becak

Dalam kasus ini, para tradisionalis menganggap kendaraan becak perlu diadakan kembali. Seperti ucapan Gubernur DKI Jakarta saat ini, Anies Baswedan yang mengatakan ada potensi wisata yang bisa dimanfaatkan. Karena estetika tradisionalnya itu pula membuat becak memiliki daya tarik tersendiri di sektor pariwisata. Selain itu, kebutuhan masyarakat akan kehadiran becak dinilai masih tinggi. Apalagi untuk ibu-ibu yang membawa banyak barang belanjaan dari pasar mesti memerlukan becak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun