Mohon tunggu...
Handi Aditya
Handi Aditya Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja teks komersil. Suka menulis, walau aslinya mengetik.

Tertarik pada sains, psikologi dan sepak bola. Sesekali menulis puisi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Ngapain Pemerintah Mengurusi Eks-WNI?

11 Februari 2020   09:38 Diperbarui: 11 Februari 2020   09:40 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menteri Agama, Fachrul Razi. Sumber : kompas.com

Kalau sekadar datang menyampaikan keberatan dengan dialog sih enak. Lah ini engga... Pada bawa balok, bahkan ada yang bawa golok. Gimana bisa diajak dialog, kalau niatnya saja sudah pingin ngebacok? Ayo dong, aparat jangan pura-pura goblok. Jujur, saya gondok loh melihatnya.

Itu baru dari yang minoritas. Jangan kira saya yang termasuk golongan mayoritas, bisa otomatis nyaman beribadah. Engga juga, Pak! Masjid-masjid sudah banyak terpapar virus intoleransi. Virus ini lebih gawat dari Corona, Pak. Tidak bisa dihalau dengan masker. 

Ujaran-ujaran kebencian lantang disuarakan di masjid-masjid. Bukan sekali dua kali masjid dipakai untuk menyuarakan kebencian terhadap umat agama lain, terhadap Pemerintah, bahkan yang lebih menyedihkan, terhadap sesama muslim sendiri.

Para Ustadz sekarang seolah enteng banget teriak-teriak goblok, teriak-teriak kafir, seolah makin lantang dia berteriak, makin besar pahala perjuangannya. 

Ya okelah, pahala itu domainnya Allah. Tapi teriakan mereka yang berisik itu domain kuping saya. Dikira ga pengang ya dengerin ceramah sambil marah-marah gitu? Bikin kesal saja. 

Makanya setiap kali saya hendak sholat jumat, saya selalu pilah-pilih masjid dulu. Tanya-tanya ke teman, "eh, di masjid itu khutbahnya gimana?" Kalau sejuk, saya sholat di sana.

Dan biasanya saya selalu tandai, oh, di masjid ini pengurusnya ramah, memilih penceramahnya pun yang baik-baik, sementara kalau di masjid lainnya tidak. Jadi saya sholat di masjid-masjid ini saja.

Seribet itu cara saya (dan mungkin pembaca tulisan ini pun mengalami) supaya tidak kehilangan pahala sholat jumat. Karena percuma kan, hadir ke masjid untuk jumatan, tapi pas mendengarkan khotbah, hati kita jengkel, karena kita sadar, si penceramah sedang membicarakan yang buruk-buruk, bahkan tak jarang malah ikut menyebarkan hoax di atas mimbar.

Saya pernah mengalami loh itu! Saya langsung berdiri, lalu pergi keluar masjid, tak jadi jumatan. Pak Menteri Agama harusnya peka dengan hal-hal begini. Jangan biarkan masjid-masjid dikuasai mereka-mereka yang jauh dari nilai-nilai Rahmatan Lil Alamin. Begitu saja tidak paham...

Pak Presiden juga sama nih. Negeri kita banyak persoalan-persoalan besar yang menunggu dituntaskan. Yang saya ceritakan di atas baru sebatas intoleransi, selebihnya masih banyak lagi. Jadi ga perlu lah ngurusin hal-hal receh, sok-sok mengedepankan aspek kemanusiaan, mau mulangin eks-WNI yang kena prank oleh ISIS. 

Bukan urusan kita, Pak! Urusin negara kita saja... Seingat saya, bulan Januari 2020 Bapak mau ngeluarin kartu pra-kerja. Lupa? Ga diingatkan sama pembantu-pembantu Bapak yang hobi melawak itu?

Nah, makanya sekarang saya ingatkan... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun