Mohon tunggu...
Hana Moniharapon
Hana Moniharapon Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Universitas Atma Jaya Yogyakarta Prodi Ilmu Komunikasi

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi anda dan saya

Selanjutnya

Tutup

Film

Film Christmas Wedding Planner Bakal Membuka Mata Kamu tentang Dunia Pernikahan

18 September 2021   13:39 Diperbarui: 18 September 2021   14:04 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pinteres.com/Poster film Christmas Wedding Planner.

Film Christmas Wedding Planner (2017) dibintangi oleh Connor, Kesly, dan Emely sebagai aktor penting dan yang sering muncul di setiap adegan film tersebut yang bergenre drama romance.

Sebelum masuk ke pembahasan lebih dalam, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu film dan genre film.

Jika, berbicara mengenai film maka kita dapat ilustrasikan sebagai sebuah karya kreasi manusia yang didalamnya mengandung nilai estetika tinggi, atau bisa juga sebagai media komunikasi, dengan tujuan untuk menyalurkan pesan dari sineas kepada publik (Karolina, dkk, 2020, h. 125)

Sedangkan, genre film merupakan suatu sebutan yang digunakan untuk mengartikan teks media ke dalam kelompok-kelompok dengan karakteristik sejenis (Karolina, dkk, 2020, h. 126).

Kata-katanya terlalu sulit untuk dipahami, ya?. Jadi, genre simplenya sebagai sekat untuk mengenali sebuah film dengan mudah. Dengan adanya genre maka kita akan lebih mudah memilih film yang kita sukai.

Sama halnya seperti film yang akan kita bahas kali ini, bergenre drama romantis yang tentunya sangat sering ditonton oleh kaum milenial.

Pembahasan Film

Film ini menceritakan susunan alur pernikahan yang akan dilalui oleh seorang mempelai, dimulai dari acara tunangan hingga pemberkatan nikah. 

Ya, tentunya suatu acara pernikahan diperlukan susunannya agar acara tersebut memiliki kesan tersendiri dalam benak kita. 

Sesuai yang dijelaskan dalam buku World Cinema Through Global Genres (Costanzo, 2014, h. 134), pernikahan merupakan institusi yang dirancang oleh komunitas terorganisasi dengan menyalurkan ide-ide kreatif dan sopan, kita sebut saja EO (Event Organizer).

Kesly seperti seorang EO yang menyusun rangkaian acara, makanan, gedung, dan pakaian pengantin perempuan yaitu sepupunya Emely hingga acaranya selesai.

Dalam menyusun acara tidaklah mudah, memerlukan keberanian dan jiwa tanggung jawab yang besar akan acara orang lain. Itulah Kesly, berani dan bertanggung jawab akan acara pernikahan tersebut.

Di setiap acara pernikahan, para hadirin memiliki fokus utama yaitu pada gaun pengantin yang digunakan mempelai perempuan (Costanzo, 2014, h. 149), karena sering kali kita melihat bahwa dengan gaun yang indah dan berkilau telah berhasil mencuri perhatian hadirin. 

Gaun atau benda mati akan terlihat hidup dan indah apabila digunakan, makanan akan menjadi faktor penilaian hadirin yang paling berikutnya, karena pesona dari pengantin perempuan yang begitu menarik. 

Seperti film Christmas Wedding Planner, Kesly sangat sibuk merancang gaun yang akan digunakan Emely agar sesuai dengan keinginan ibu Emely yaitu gaun putih.

Sumber: Pinterest.com/Cuplikan film Christmas Wedding Planner.
Sumber: Pinterest.com/Cuplikan film Christmas Wedding Planner.

Gaun berwarna putih sangatlah sering digunakan oleh orang lain dan tampaknya membosankan, tetapi Kesly berusaha agar gaun tersebut kelihatan mempesona dan mahal ketika digunakan Emely. 

Jika, gaun memiliki fokus utama dari pandangan mempelai dan tamu undangan, maka yang menjadi urutan selanjutnya yaitu jamuan acara pernikahan yang mana acara saklar akan menjadi pesta ditambah iringan musik, makanan enak dan banyak minuman, dilindungi oleh gedung atau tempat yang indah (Constanzo, 2014, h. 150).

Ya, Kesly EO yang handal melakukan semuanya itu dengan semaksimal mungkin, setelah mempersiapkan gaun, selanjutnya Kesly mempersiapkan kue yang akan disajikan dengan cara memilih koki yang terbaik di kota tersebut, selanjutnya pernak-pernik yang akan menghiasi gedung gereja selayaknya sedang menikmati nuansa natal, hingga keamanan di hari pernikahan nanti.

Namun, ditengah persiapan acara terdapat orang yang dicurigai oleh ibu Emely sebagai penyusup, yaitu Connor. Kesly diminta oleh ibu Emely untuk berhati-hati dan melindungi seluruh proses dan rangkaian acara pernikahan anaknya.

Pernikahan tentunya merupakan sesuatu yang institusi yang saklar bagi orang yang saling mencintai dan melanjutkan jenjang lebih serius (Costanzo, 2014, h. 134). Maka dari itu, setiap keluarga tentunya ingin acara pernikahan anaknya berjalan dengan harapan. 

Hanya dengan ucapan kalimat “Ya, Saya terima” di depan Gereja, Pendeta dan tamu hadirin (Costanzo, 2014, h. 135). Maka, hal tersebut telah menandai hubungan yang Sah sebagai seorang suami dan istri yang saling mencintai. 

Tetapi, faktanya Connor bukanlah seorang penyusup yang dicurigai oleh ibu Emely, dia merupakan orang baik yang berhasil menyelamatkan kehidupan Emely sebelum mengucapkan kalimat “Ya, Saya terima” kepada calon suaminya. 

Hal ini terjadi karena calon suaminya merupakan seorang pembohong yang hanya mengincar harta keluarga Emely. 

Ditegaskan sekali lagi, bahwa pernikahan merupakan sesuatu yang sakral, pernikahan terjadi karena kedua pasangan yang saling menyayangi (Castanzo, 2014, h. 151). Wajar saja pernikahan Emely tidak berhasil, karena calon suaminya tidak menyayanginya dengan tulus dan berselingkuh dibelakangnya, sangat bertolak belakang dengan gambaran pernikahan dalam buku Castanzo (2014).

Film ini menjadi teguran dan pelajaran? Ya, karena dunia pernikahan bukanlah suatu hal yang mudah. Jika, anda telah menonton film ini hingga akhir, maka film ini akan membuat emosi anda menjadi naik turun. 

Film memiliki kemampuan untuk membawa kita menikmatinya, melibatkan emosi kita, empati, dan membawa dampak yaitu munculnya ide-ide atau persepsi yang baru untuk kedepannya (Costanzo, 2014, h. 151).

Sama halnya seperti film Christmas Wedding Planner, yang berhasil membawa emosi, empati, dan memberi pandangan baru kepada kita untuk lebih berhati-hati dalam menata hidup kedepannya. 

Ada pesan moral penting dari film ini, yaitu pernikahan bukanlah suatu hal yang mudah. Mungkin, mudah untuk mengucapkan “Ya, saya terima”, tapi tidaklah mudah untuk membangun dan mempertahankan ikatan pernikahan. Pilihlah pasangan yang benar-benar menyayangimu dan bisa menata kehidupan keluarga kedepannya, karena hal itu dapat mempertahankan kehidupan keluarga. 

Dan ingat, cinta hanyalah sensasi, tapi pernikahan merupakan suatu keputusan.

Sumber:

Costanzo, W. V. (2014). World Cinema Through Global Genres. Disini

Karolina, M, C., Maryani, E., & Sjuchro, D, W. (2020). Implikasi genre film dan pemahaman penonton film tuna netra di “Bioskop Harewos”. Jurnal Kajian Televisi dan Film, 4(1), 125-126. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun