Baru-baru ini dunia dikejutkan dengan menyebarnya virus corona atau secara resmi dikenal sebagai COVID-19. Untuk mencegah penyebaran virus ini, pemerintahan di seluruh dunia mengambil tindakan untuk menutup akses kedatangan dari dan ke China.
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki ketergantungan keuntungan dalam sektor pariwisata. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke indonesia per Oktober 2018 sebanyak 1,29 Juta, 14,79% berasal dari China. Jumlah tersebut menjadikan China sebagai penyumbang terbanyak dalam pariwisata di Indonesia. Munculnya corona di Indonesia menyebabkan Indonesia juga harus mengambil tindakan serupa seperti pemerintah negara lain yaitu menutup akses kedatangan dari dan ke China.
Dalam hal ini sebenarnya ada ketakuan tersendiri bagi Indonesia, ketakutan ini tak lain dan tak bukan timbul karena pemerintah takut dengan perekonomian yang akan menurun. Akibat jumlah wisatawan asing yang semakin menurun, pemerintah nekat mengeluarkan budget hampir Rp1 triliun untuk maskapai penerbagan demi bertahannya kunjungan wisatawan asing maupun lokal. Pemerintah tentunya berharap strategi ini bisa mempengaruhi wisatawan agar mau berpergian. Indonesia sendiri dikabarkan akan kehilangan sekitar $4 Miliar karena pembatasan akses perjalanan.
Pemerintah sendiri dianggap bungkam bukan karena tidak perduli terhadap permasalahan yang terjadi, hal ini dilakukan demi menjaga hubungan diplomatik dengan China serta juga untuk mengurangi kegelisahan masyarakat. Keputusan yang diambil oleh pemerintah cukup benar dalam hal ini karena demi mempertahankan perekonomian negara yang sedikit banyak bergantung pada China.
Dalam pandangan realisme mengatakan bahwa negara cenderung mengejar kepentingan pribadi, inilah yang saya lihat dalam keadaan Indonesia saat ini. Dibalik ketakutan tentang wabah corona itu, akhir dari segalanya pemerintah Indonesia hanya bertujuan untuk mempertahankan keadaan ekonomi di Indonesia.