Mohon tunggu...
Hana  Anisa
Hana Anisa Mohon Tunggu... Administrasi - Tenaga Pendidik - Surakarta

Tenaga Pendidik - Surakarta - tertarik pada dunia literasi, pendidikan anak, relawan.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Suasana Ramadan Masa Kecil yang Aku Rindukan

19 April 2021   23:18 Diperbarui: 20 April 2021   00:01 1107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://kampungkb.bkkbn.go.id/postSlider/2596/192317

"Teman - teman ayo TPA... Nana, Yusuf, Evi, Haekal..... Ayo TPA...." 

Suara anak kecil yang begitu nyaring menggemaskan   mengudara dari toa masjid terdekat rumahku. Terdengar mereka sedang memanggil teman - teman yang belum berangkat TPA. Bayangkan setiap nama dipanggil dan diperdengarkan ke seantero kampung. Setiap ramadan pada sore hari suara mereka menghiasi udara di kampungku. 

Setiap kali aku mendengar suara itu, aku tersipu malu karena sekian tahun yang lalu saat aku masih seusia SD kelas 4 aku pernah berada diposisi itu. Posisi si tukang panggil atau si anak yang namanya selalu disebut karena datang terlambat ke masjid. Selama ramadan aku nyantri di Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) Masjid Salamah, Kota Solo. Banyak hal kami lakukan bersama. Ngabuburit berfaedah di masjid sambil menimba ilmu agama dan belajar ngaji. 

Momen kebersamaan bersama teman - teman TPA yang penuh keceriaan menyambut datangnya bulan puasa merupakan salah satu kenangan manis yang tak terlupakan dan tak akan pernah terulang kembali. 

Aku ingin berbagi cerita masa kecilku kepada teman-teman semua. Kisahku ini dimulai saat bulan ramadan telah tiba. Sahur menjadi awal kegiatanku dan teman - teman berlangsung. Di tengah dinginnya udara menjelang fajar dan di bawah sinar rembulan, kami yang masih menahan kantuk ini berjalan bersama berkeliling kampung. Anak cowok bagian menabuh alat musik seperti kentongan dan gendang dari galon kosong dan lainnya. Anak yang lainnya berteriak "sahuur.... sahuur.." untuk membangunkan warga supaya tidak terlambat menyantap sahur. Aku yang waktu itu tidak bisa bangun tengah malam, selalu absen dengan alasan maaf tadi aku telat bangunnya, hehe.... Alasan klasik yang  selalu dijadikan pembelaan. 

Lepas makan sahur, kami berjumpa di masjid untuk sholat subuh berjamaah. Selesai sholat subuh, bukannya mendengarkan ceramah pak ustad, kami jutru sibuk menyusun agenda pagi. Biasanya kami bersepeda keliling kampung. Bayangkan, di bulan puasa setelah makan sahur lalu kami main sepeda. Sungguh pada saat itu, kami tidak peduli bagaimana jika kami lapar nantinya. Selama bersama mereka rasanya riang gembira menjalankan puasa ini. Tentu saja kegiatan ini kami lakukan saat sekolah sudah libur. Jika sekolah masuk, kami tidak menjalankan rencana ini.

  • Berangkat TPA ke masjid saling menghampiri teman - teman

Pada siang hari, aku tidak diijinkan main karena aku harus tidur siang. Orang tuaku mewajibkan aku untuk tidur siang karena sore harinya aku harus ngaji di masjid. Inilah salah satu momen kebersamaan yang kami lakukan. Berangkat ke masjid saja kami saling menghampiri. Ketika aku ke rumah teman, kadang kami langsung berangkat, tapi kadang aku harus menunggu mereka yang masih mandi, siap - siap bahkan masih tidur. Begitu juga sebaliknya sih. Aku juga kadang melakukan hal itu, sehingga membuat temanku harus menungguku. 

Saat semua siap, kami lalu berangkat bersama dengan berjalan kaki. Perjalanan dari rumah menuju masjid tidaklah jauh. Di tengah perjalanan, kami bertegur sapa dengan teman - teman lainnya. Suasana berangkat ke masjid yang penuh kebersamaan ini membuat kami bahagia. Sampai di masjid, kami jajarkan tas kami secara rapi. Sambil menunggu Bu Atin (guru ngaji) datang, kami mengabsen siapa saja yang belum datang. 

  • Memanggil teman yang belum datang dengan mic masjid

Teman - teman yang belum datang jangan pernah merasa aman karena kami siap memanggil nama kalian. Menurutku, ini menjadi salah satu bentuk kepedulian kami kepada mereka. Momen spesial saat proses memanggil nama mereka adalah kami berebut mic yang jumlahnya hanya satu. Seringkali suara kami saat rebutan mic terdengar oleh masyarakat. "heei aku aja to yang manggil... Gantian to aku, masa kamu terus yang manggil..."itulah kehebohan kami saat TPA. Akibat dari cekcok singkat ini, kami sering dimarahi takmir masjid karena dianggap main - main dengan fasilitas masjid. 

  • Bermain permainan sederhana sambil menunggu guru datang 

Di saat bulan puasa ketika sedang bersama teman - teman, rasa lapar dan haus seolah hilang seketika. Suasana hati yang gembira dan penuh semangat membuat kami lebih enerjik di sore hari. Ketika bu guru belum datang, kami sering memainkan permainan sederhana di dalam masji atau di halaman. Ada kelompok yang bermain kejar - kejaran, petak umpet, memainkan bedug masjid, bermain ular tangga dan lain sebagainya. Ada satu kejadian konyol yang pernah aku alami. Saat musim hujan, masjid seringkali bocor dan kebocoran ini tidak segera diantisipasi. Akibatnya kami yang berlari - larian di masjid sering kepleset. 

Siapapun yang jatuh, termasuk aku pun juga pernah tidak boleh menangis. Ketika ada yang jatuh teman - teman lain akan berkumpul dan mengajak dia untuk bangkit kembali. Tidak perlu menangis, tapi yaa terkadang ada ejekan terselip di antara mereka. Bahkan ada yang tertawa terbahak - bahak melihat temannya jatuh. Anehnya, musibah ini tidak menimbulkan pertengkaran yang berkepanjangan karena mereka langsung berbaikan. 

  • Ngabuburit asik sambil mendengarkan kisah para rasul dan setoran ngaji

Suasana menunggu buka puasa dengan kegiatan TPA selalu asyik untuk diikuti. Ngabuburit di TPA menjadi kegiatan yang sangat berfaedah tentunya.  Bu Atin menurutku adalah seorang story teller yang keren. Setiap cerita yang beliau bawakan selalu menarik untuk diikuti. Selesai bercerita ada kuis kecil - kecilan yang benar menjawab akan mendapatkan hadiah. Setelah itu, kami antri memanjang untuk setoran ngaji. 

  • Buka bersama dengan menu takjil sederhana, tapi begitu nikmat rasanya

Buka puasa bersama menjadi gong dari ibadah puasa yang kami jalani. Setiap kali jam sudah menunjukkan jam 17.30 wib, kami dengan sigap duduk manis bersama. Kami membuat dua kelompok barisan yang saling berhadapan. Para guru ngaji akan membagikan takjil dan makanan buka puasa. Kami hanya perlu duduk anteng dan jangan berisik. Suasana yang hening bisa jadi ricuh ketika ada beberapa orang yang belum mendapatkan jatah makanan. "aku buu. aku belum dapat... cepetan bu keburu adzan..." 

Begitu adzan berkumandang kami bersorak gembira. Kami lantunkan doa berbuka puasa dan doa sebelum makan dipimpin oleh salah satu diantara kami secara bergilir. Doa kami panjatkan dengan penuh semangat dan suara lantang. Setelah menahan lapar dan haus seharian, meneguk segelas es buah dan makan takjil saja sudah begitu nikmat rasanya. Kenikmatan semakin terasa indah karena momen puasa ini kami habiskan bersama - sama. 

  • Sholat tarawih di masjid untuk mengejar tanda tangan Pak Imam di buku kegiatan ramadan

Tidak puas bertemu di TPA, kami kembali bertemu saat sholat tarawih. Kami sudah memakai dari rumah, tinggal membawa sajadah dan buku kegiatan ramadan yang wajib dibawa. Di awal ramadan kami masih semangat  mendirikan sholat tarawih dan mencatat ceramah pak imam. Akan tetapi, di tengah perjalanan puasa, kami mulai tidak bersemangat. Sebagian dari kami tumbang. Alhasil kami membuat kesepakatan bersama untuk mendengarkan ceramah secara bergiliran. Tugas yang mendengarkan adalah mencatat isi ceramahnya dan yang lainnya tidur. Sungguh luar biasa kelakukan kami saat itu. 

Selesai tarawih ketika imam selesai berdoa kami langsung menyerbu beliau. Kami sering membuat keributan di masjid. Setiap jamaah yang berada di sekitar imam seketika langsung membubarkan diri untuk memberikan kami tempat berbaris. Kami kemudian mengumpulkan buku di depan imam dan kami menunggu dengan tertib. Setelah mendapatkan tanda tangan beliau kami pulang bersama - sama. 

  • Malam takbiran menjadi momen kebersamaan terakhir di bulan ramadan

 Momen yang ditunggu - tunggu anak kecil saat itu adalah saat takbiran. Seusai sholat tarawih kami kembali berkumpul di masjid untuk takbiran keliling kampung. Berjalan bersama sambil meneriakkan keagungan dan kebesaran Allah SWT, membuat kami semakin semangat. Alunan musik yang menyertainya, lambaian tangan bapak ibu kami di depan rumah masing - masing, menambah syahdu suasana takbiran ini. Suasan bulan ramadan jaman kecil yang begitu menakjubkan karena penuh dengan kebersamaan dalam kesederhanaan. 

Itulah sedikit cerita suasa bulan puasaku ketika kecil. Momen itu memang tidak pernah terulang kembali, tetapi semangat menjalankan ibadah puasa harus terus ditingkatkan. 

Selamat menjalankan ibadah puasa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun