Mohon tunggu...
Gandis Octya Prihartanti
Gandis Octya Prihartanti Mohon Tunggu... Human Resources - A curious human

Manusia yang sedang menumpang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Be(lie)ve [Chapter 1: Fighting!]

4 April 2017   18:00 Diperbarui: 5 April 2017   01:30 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

             “ALHAMDULILLAH!!!”

             Bagi Aileen, waktu seakan berhenti beberapa saat hanya untuk mencerna seruan kedua temannya yang heboh itu. Dia pastikan juga apakah seisi rumah dan mungkin tetangga mendengarnya. Benar saja, Mama, Papa, dan adik Aileen hadir di ruang tamu untuk mengecek ada apa sebenarnya yang terjadi.

             “Selamat ya, kamu emang hebat!!”

              Keluarga Aileen masih tidak ngeh atas euforia ini. Benarkah Aileen mendapatkan beasiswa ke Australia? Jangankan orang lain, gadis itu sendiri masih mempertanyakan kebenaran pada dirinya sendiri, sampai-sampai tidak menyadari kalau tubuhnya terguncang dengan keras lantaran Sesha dan Marinta memeluknya untuk meluapkan kegembiraan.

              “Aku… aku keterima, ya? Australia?” Aileen mengklarifikasi dengan hati-hati. Wajahnya masih terlihat linglung, tapi tidak berlangsung lama, karena sekarang dia sudah berdiri dari duduknya seraya berseru gembira dan melompat serta berpelukan dengan kedua temannya.

              Mama, Papa, dan adik Aileen tersenyum begitu lebar. Tidak ada kebahagiaan sejati selain ada anggota keluarga yang mendapat keberhasilan.

             Setelah momen melompat itu dirasa cukup oleh Aileen, dia mendekat ke keluarganya untuk berbagi suka cita. Hal pertama yang dia lakukan adalah mencium tangan Mama dengan disertai air mata haru. Kemudian, mereka berempat saling berpelukan, erat dan tenang.

             “Selamat berjuang di negara orang ya nak, tunjukkan kualitas terbaikmu,” pesan Mama seraya menangkupkan tangan di kedua pipi puteri pertamanya itu.

             Aileen menganggung mantap. “Tentu.”

             Tuhan memang maha adil. Sebenarnya, Aileen sempat iri pada kedua temannya ketika wisuda. Di hari yang membahagiakan itu, kekasih mereka datang dan membawakan buket bunga serta bingkisan lucu. Sementara dirinya hanya sempat bertemu beberapa teman se-komunitas dan berfoto dengan kedua orangtuanya di booth foto. Setelahnya, dia harus berangkat ke Yogyakarta dalam rangka acara keluarga keesokan harinya.

             Kalau saja gadis itu mau menerima perasaan orang lain, pasti keadaannya tidak seperti itu. Sayangnya, satu-satunya orang yang dia harapkan sampai saat ini adalah ‘dia.’ Ironisnya, meski harapannya tidak jelas apakah akan berakhir manis atau pahit, dia tetap memperjuangkannya. Bahkan, kini keraguan mulai hadir pada dirinya. Berapa peluang baginya untuk bisa menemukan ‘dia’ dengan informasi yang sangat minim?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun