Mohon tunggu...
Mr. H
Mr. H Mohon Tunggu... Sang Penuntun Jejak

Saya hanyalah butiran debu dalam dunia pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

DCH: Saya Tidak Mau Mengeluh Saat Capek, Karena Orang Lain Juga Capek

11 Oktober 2025   07:14 Diperbarui: 11 Oktober 2025   07:33 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sanrego Bone---Ada kalimat yang tak akan pernah saya lupa dari anak saya, DCH: "Saya tidak mau mengeluh saat capek, karena orang lain juga capek."
Kalimat itu sederhana, tapi menampar lembut kesadaran saya sebagai seorang ayah. Di balik senyum tenangnya, saya tahu ada malam-malam tanpa tidur, ada hari-hari penuh tekanan, dan ada langkah-langkah yang nyaris membuat lututnya lemah. Tapi ia tidak mengeluh --- sedikit pun tidak.

Anak saya kini berada di tahap akhir pendidikan profesi dokter gigi. Sebentar lagi, ia akan menghadapi ujian kompetensi --- pintu terakhir sebelum menyandang gelar yang selama ini diperjuangkannya. Sebelum sampai di titik ini, sudah begitu banyak ujian yang ia lalui: ujian teori, praktik klinik, laporan kasus, bahkan ujian dari diri sendiri --- tentang seberapa kuat ia mampu bertahan.

Saya, sebagai ayah, hanya bisa menyaksikan dari jauh. Kadang dengan doa, kadang dengan diam, kadang dengan rasa haru yang sulit dijelaskan. Tidak mudah melihat anak bekerja begitu keras, sementara kita hanya bisa memberi semangat. Tapi di situlah kebanggaan itu tumbuh.

Saya belajar banyak darinya. Tentang keteguhan, tentang kesabaran, dan tentang makna perjuangan yang sebenarnya. Bahwa kesuksesan bukan hanya soal hasil, tapi tentang keberanian untuk terus melangkah tanpa banyak bicara. Ketika orang lain mungkin menyerah di tengah jalan, ia memilih untuk menunduk, menarik napas, dan berkata pada dirinya sendiri, "Saya tidak mau mengeluh saat capek, karena orang lain juga capek."

Sebagai orang tua, saya hanya bisa berdoa agar setiap keringat dan air matanya menjadi jalan menuju keberkahan. Bahwa ilmu yang kelak ia amalkan bukan sekadar profesi, tetapi panggilan hati untuk menebar manfaat. Dan di hati seorang ayah, tak ada kebahagiaan yang lebih besar daripada melihat anaknya berjuang dengan ketulusan --- tanpa mengeluh, tanpa pamrih, hanya ingin membuktikan bahwa ia mampu.

Nak, ketika nanti hari ujian itu tiba, jangan takut. Ingatlah bahwa setiap langkah yang kau tapaki selama ini sudah menjadi saksi kesungguhanmu. Jangan ragukan dirimu, karena doa ayah dan ibu telah lebih dulu sampai sebelum engkau mengetuk pintu ruang ujian. Jika lelah datang, ingatlah bahwa perjuanganmu bukan hanya untuk gelar, tapi untuk masa depan dan keberkahan hidupmu. Dan kelak, ketika engkau tersenyum di balik masker dokter gigi, ayah tahu --- itu adalah senyum dari seseorang yang telah menempuh perjalanan luar biasa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun