Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seperti Berjalan di Atas Tali, Hidup Butuh Keseimbangan

23 Maret 2024   20:50 Diperbarui: 23 Maret 2024   21:03 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hidup Butuh Seimbang (Hamim Thohari Majdi)

Bekerja merupakan kebutuhan hidup, beribadah adalah kebutuhan fitrah. Setiap manusia hidup yang dicari adalah pekerjaan dengan segala latar, untuk memenuhi kebutuhan hidup,  keuangan, status sosial, kepercayaan diri dan lainnya. Sedangkan beribadah merupakan fitrah penciptaan manusia, sebagaimana hembusan dari sang Pencipta kepada setiap jiwa.

Seperti berkendara, hasil kerja berupa finansial merupakan bahan bakar atau menggerakkan dinamo agar mesin hidup dan memiliki tenaga. Seringkali  motivasi hidup terhalangi untuk melangit harena keterbatasan finansial, hidup di dunia tidak ada yang gratis, perlu alat tukar untuk mendapatkan segala sesuatunya.

hal paling penting dalam hidup adalah peta kehidupan, baik berupa persyaratan ataupun arah yang dituju dan rute yang harus dilewati, beribadah adalah sarana untuk mendapat pentunjuk menuju dalam yang diingankan oleh sang pencipta. Karenanya kesimbangan hidup antara bekerja dan beribadah seperti benda dan bayangannya, selalu mengikut.

Kehidupan yang tidak seimbang, mengalami ketimpangan, bisa condong ke kiri atau kekanan, ke atas atau kebawah, mengakibatkan kekhawatiran karena dalam posisi yang kritis. 

Tubuh yang sedang berada dalam ketidak seimbangan, biasanya pusing atau serasa berdiri tanpa pijakan, permainan jungkat jungkit atau jungkitan, bila tidak seimbang kedua sisi akan berada posisi yang ekstrim, tidak seimbang berat badan dan tinggi badan, katanya sih, juga bayaha.

Mencapai keseimbangan antara bekerja dan beribadah dalam kehidupan mempunyai tahapan dan waktu berbeda antar individu, seiring dengan usia dan masa tumbuh kembang. Seperti halnya selera makan antara balita, anak-anak, remaja, orang dewasa dan lansia, jelas beda, baik jenis, ukuran dan kelenturannya

Ada istilah yang menjangkiti anak muda akhir tahun 2000, yaitu, "muda kaya raya, mati masuk surga", saat itu para hartawan diduduki para generasi tua. anak muda masih waktunya sekolah dan kuliah, orang tua masa kerja dan banyak duitnya. Beda dengan generasi sekarang tumbuh di mana-mana pengusaha muda yang sukses, sukses tidak lagi berkaitan dengan umur, apalagi faktor keturunan, sukses menghampiri bagi siapapun yang menginginkan dan berusaha mewujudkannya.  

"Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan hidup selamanya, beribadahlah untuk akhiratmu seakan besuk engkau mati" pesan Rasulullah sangat jelas untuk mendapatkan kebahagiaan hidup maka harus bekerja, kesungguhan dalam bekerja akan menghasilkan finansial dan kehormatan, bukankah orang yang tidak bekerja, harga dirinya menjadi rendah, dan secara sosial kurang mendapat tempat. Sedang ibadah menjadikan seseorang memiliki arah hidup yang kian jelas, bukan dunia oriented, mepraktekkan diri atas keimanan adanya hari akhir dan hari pembalasan, oleh karena beribadah dijalankan beriringan dengan bekerja yang giat.

Ibadah menjadi pompa bagi tenaga manusia, mengarahkan pada peta jalan kehidupan sesungguhnya tidak berhenti di dunia, ada kehidupan yang lebih jauh, dan ini bergantung dari bekal yang dibawa. Jadi beragama tidaklah meninggalkan kebahagiaan dunia, begitu juga meraih kebahagiaan dunia tidak berarti melupakan ibadah, keduanya berjalan beriringan seimbang agar tidak banyak goyangan dan ketidak tenangan.

Seperti Berjalan Di Atas Tali Hidup Perlu Keseimbangan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun