Seni berumah tangga tidak lepas dari keterampilan berkomunikasi antar pasangan (suami isteri), layaknya ketika saat berkenalan kemudian meningkat saling mengikat dan diputuskan untuk menikah, berawal dari keterampilan menyampaikan pesan dan menangkap pesan dengan penuh kasih sayang, "aku mencintaimu" salah satu cloosing statement di setiap perjumpaan.
Tak kalah seru, bahwa ketika dua hati yang terikat dengan rasa cinta berdekatan jarak bahkan kadang tiada pemisah sedikitpun, justru keterampilan komunikasinya melemah, ucapan sayang dan pemberian perhatian mulai berkurang. Hal ini sangat dirasakan ketika hambatan-hambatan komunikasi tidak diselesaikan, tetapi dipendam sangat rapat, sehingga menunggu waktu untuk menumpahkan.
Komunikasi yang tidak efektif berawal dari cara penyampaian pesan dan pengabaian pesan yang disampaikan. Menjadi pendengar yang baik merupakan kunci utama menjadikan komunikasi sangat mesra. Mendengarkan secara seksama akan melahirkan kepedulian dan bisa memberi respon secara tepat tanpa melakukan pengolahan dengan melibatkan emosi negatif.
Beberapa hal perlu diperhatikan dalam komunikasi agar tetap terjalin hubungan harmonis dan penuh kasih sayang, perlu menghindari tiga yaitu  ; nada sinis, umpatan, dan kritik menghina.
NADA SINIS
Berkaitan dengan ungkapan hati yang menunjukkan arah ketidak senangan, hal ini mengakibatkan sikap abai, enggan menangkap pesan yang hendak dimaksud, sudah memberi penilaian rendah bahkan berbalik dari pembicaraan.
Nada sinis ini menjadikan suasana terasa dingin, siapapun dalam komunikasi yang mendapati suasana dingin pasti menurunkan semangat, karena telah terserang mental, tidak dihargai dan tidak dianggap keberadaannya.
Nada sinis sama halnya menafikan fakta pembicaraan, ingin menang sendiri dan memberi respon dengan fakta baru, bahkan sama sekali tidak ada hubungannya dengan yang dibicarakan.
UMPATAN
Untuk menunjukkan sebagai sebuah ungkapan biasanya digunakan dalam percakapan dengan kata-kata yang kasar, sumpah serapah dan kata-kata yang tidak senonoh.