Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menghindari Sikap Defensif dalam Komuinkasi untuk Menyelamatkan Rumah Tangga

29 Februari 2024   15:17 Diperbarui: 29 Februari 2024   15:34 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pola pertahanan defensif hasilnya menyakitkan semua pihak (Hamim Thohari majdi)

Beda dengan nada sinis yang cenderung cooling down, umpatan ini membangkitkan amarah pasangan, seperti "tidak pecus, ceroboh, egois dan sejenisnya"

Bila mendapati pasangan yang sering mengumpat, maka pasangannya harus menjadikan diri sebagai pendengar yang baik, sebab ketika umpatan yang dilontarkan mendapat respon, maka akan meningkatkan mutu dan tekanan suaranya, sehingga suasana semakin memanas dan akan menjauhkan jarak fisik dan jiwa antar pasangan, ketidak nyamanan sangat dirasakan dan menyusun strategi untuk mencari tempat yang lebih nyaman, seperti menyendiri, ke rumah sahabat atau orang tua dan melakukan hal-hal lain yang bisa membuatnya tenang.

KRITIK YANG MEGHINA

Paling bahaya dalam berkomunikasi adalah mengkritik disertai hinaan, memandang pasangannya sebagai pihak yang bersalah, sementara dirinya tidak mau disalahkan dan merasa sangat benar.

Padahal komunikasi dalam berumah tangga tidak mendudukkan seseorang sebagai lawan harus ada yang menang dan pihak lain dinyatakan kalah. Setiap komunikasi dalam rumah tangga harus menuju kepada pondasi bangunan keluarga yaitu bahagia sejahtera kekal dan abadi.

Model  komunikasi dengan cara  mengkirik dan menghina adalah menggunakan bentuk pertahanan diri sebagai upaya menutupi kesalahan, agar sang pasangan tidak memiliki kesempatan untuk menyerang balik dan tidak memiliki nyali atas kata-kata dan hinaannya yang bisa merendahkan harga diri.

Bila seseorang sudah turun harga dirinya akan berbarengan dengan turunnya kepercayaan diri, membuat hatinya pecah berkeping-keping, lidahnya terasa kelu dan tertutuplah mulut untuk berbicara.

BOLEH MENGELUH BUKAN MENYERANG

Tidak dipungkiri bahwa hidup ini pasti ada keluhan, terutama dalam rumah tangga, baik keluhan karena beratnya beban dan masalah yang dihadapi atau perasaan tidak dipedulikan dan tidak dibantu, alias semuanya dilakukan sendiri.

Sebagai salah satu sifat yang dititipkan Tuhan dalam diri manusia adalah keluh kesah, maka semua insan merasakan itu, tetapi dengan segala pengetahuan dan keterampilannya beragam cara mengolah dan menampakkan keluhannya ada yang secara terang terang melalui ucapan dan tindakan, ada pula dengan sindiran dan langsung melalui sikap.

"hidup denganmu semakin sedih dan berat", salah satu bentuk keluhan yang langsung dinyatakan. sedang dengan sindiran seperti "aku di sini seperti pembantu", sedang dalam bentuk sikap bisa berupa aksi diam, penolakan dan menentang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun