BAHAYA PERCAKAPAN ANTARA KAMAR MANDI DAN MEJA MAKAN
Mengawali pekan di bulan Oktober, banyak kegiatan yang menghimpit, berhimpitan terus menerus, hingga seperti kegiatan harian dikendalikan oleh waktu, yang terjadwal secara tidak berjanjian namun runtut.
Pagi ini, terasa begitu cepat matahari menerangi setiap bilik, "ah sudah jam enam tiga puluh satu menit (06.31), terperangah, melempar selimut dan menata bantal, segera bersih diri dan menyiapkan beraktivitas, tiada pilihan lain, "harus bangun" Â begitu yang terdengar teriakan dalam jiwa.
Biasa dalam ruang yang tidak terlalu luas, jarak antar kamar begitu dekat, bahkan kamar mandi dengan meja makan hanya terpisah oleh almari. Kondisi seperti inilah yang seringkali menjadikan semuanya terasa dekat, termasuk dalam hal komunikasi verbal, berucap dan bercakap-cakap.
SEPERTI DALAM SATU RUANG
Kebiasaan menggangap dekat jarak karena dalam situasi biasa percakapan bisa berjalan dengan baik dan mendapat respon dengan baik pula, walau kadang harus meninggikan suara dan menentukan fokus pembicaraan.
Di kamar mandi, ruang yang biasanya tidak terlalu lebar, hingga memiliki sebutan lain yaitu kamar kecil, semua suara bisa menerobos pori-pori pembatas, masuk mengitari ruangnya, tapi ingat! Gaung atau pantulan suara di kamar mandi bisa membuat tersamar.
Di kamar mandi meski dalam ruang kecil, akan terkalahkan dengan gemericik suara air kran, kemudian akan menyaring suara-suara lain yang kurang nyaring.
Percakapan dengan orang yang berada di dalam kamar mandi, meski mendekat di tepi pintu belum tentu terdengar dengan jelas dan pesan yang hendak disampaikan bisa tertelan oleh air yang menghidupkan.
BEGITU HALNYA DI MEJA MAKAN