Mohon tunggu...
Muhammad Hamid Habibi
Muhammad Hamid Habibi Mohon Tunggu... Guru - Calon guru

Belajar lagi... Belajar mendengarkan, belajar memahami, belajar mengatur waktu, belajar belajar belajar... belum terlambat untuk belajar...

Selanjutnya

Tutup

Politik

Awas Serangan Fajar Berubah Jadi Serangan Gerilya

3 Mei 2018   21:27 Diperbarui: 3 Mei 2018   21:36 559
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
serangan fajar menukar suara dengan uang (foto dari sp.beritasatu.com)

Serangan fajar memang sudah sangat erat kaitannya dengan pemilu. Serangan fajar bukan lagi serangan militer dadakan di pagi hari dengan mengerahkan seluruh kekuatan untuk melawan musuh, serangan fajar dalam hal ini adalah pemberian uang atau barang secara massal yang ditujukan kepada pemilik suara agar nantinya bisa memilih calon tertentu. Serangan fajar ini memang sudah jamak dilakukan dari zaman dahulu, bahkan sudah biasa terjadi di segala level mulai pemilihan kepala dusun, kepala desa hingga pemilu yang menentukan kursi DPR dan bahkan Presiden.

Serangan fajar memang seperti buah simalakama bagi rakyat. Kadang ditunggu kedatangannya karena sebagian orang menganggap itu sebuah rezeki, kadang seperti sebuah teka-teki bagi rakyat dimana jika tak menerima serangan fajar maka ia akan ditandai sebagai pemilih musuh lawan politik mereka. Maka bagi tipe yang kedua ini menolak serangan fajar sama saja membuka tali permusuhan yang cukup panjang, akhirnya diterima saja walaupun nantinya tak memilih si empunya serangan fajar. Toh di dalam bilik suara siapa yang tahu pilihan kita bukan ?

Namun seiring berkembangnya zaman, pemikiran rakyat mulai berubah. Mereka sudah banyak yang beranggapan jika belum terpilih saja pasangan calon (paslon) sudah berani melakukan serangan fajar yang habiskan biaya sangat banyak, maka sudah bisa dipastikan jika saat terpilih nanti pasti paslon tadi akan melakukan korupsi sebagai ganti dana serangan fajar. Dengan pemikiran seperti ini jelas sudah banyak rakyat yang tidak akan memilih paslon yang melakukan serangan fajar tadi.

Sialnya pemikiran baik rakyat ini sudah terbaca oleh para paslon atau calon wakil rakyat yang dari awal memang sudah berniat melakukan segala macam cara agar menang. Melihat hal negatif ini, jelas paslon dan tim suksesnya akan mencoret cara serangan fajar yang dinilai sudah usang dan malah menjatuhkan kredibilitas si paslon. Maka cara licik pun akan disiapkan oleh paslon licik dan tim suksesnya untuk merebut hati rakyat, salah satunya dengan serangan gerilya.

Dalam dunia militer serangan gerilya merupakan perang yang dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, berskala yang kecil dan dilakukan secara dadakan. Bergerilya juga bisa dilakukan saat kondisi pemilu agar paslon yang diusung menang. Tak perlu si paslon capek-capek berdebat panjang kali lebar dengan paslon lain yang hasilnya belum tentu menang. Dengan taktik gerilya paslon dan tim suksesnya dengan secara tidak langsung bisa menarik simpatisan atau hati rakyatnya. Banyak sekali contohnya di zaman teknologi yang sangat pesat ini, bisa saja memberitakan kehebatan, prestasi, maupun sesuatu yang membuat rakyat terharu booming atau viral di internet dan masih banyak cara lain.

Terus apa yang menggantikan serangan fajar alias pemberian uang kepada pemilik suara ? caranya ya uang tersebut tak diberikan secara langsung atau perseoranagn, uang sogokan tadi biasanya dirubah menjadi sumbangan atau dana hibah yang ditujukan untuk lingkungan warga. Misalnya ni ada paslon yang menyumbah 100 kursi untuk keperluan hajatan RT, membelikan Genset untuk desa yang bisa dipakai bersama, menyumbang dana untuk untuk renovasi masjid dan lain-lain. Apakah hal tersebut bisa dikategorikan suap berjamaah ? tentu sangat sulit untuk membuktikannya bukan? Itu masih satu contoh strategi yang memang sudah terjadi di tengah masyarakat, mungkin juga masih banyak strategi halus lain yang bertujuan untuk menarik suara rakyat kita ini, sungguh menakutkan karena kita tak akan tahu niat dibalik semua itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun