Mohon tunggu...
Hamdan Hamado
Hamdan Hamado Mohon Tunggu... Buruh - Pelajar

Pemuda Biasa

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Situs Lapangan Udara Baroe (Baroe Airfield) dan Potensi Wisata di Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara

21 November 2018   05:14 Diperbarui: 25 November 2018   16:19 849
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tinggalan Bangunan Bunker Jepang. Sumber: Hamdan Hamado

Kabupaten Bombana adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia, dengan ibukota Rumbia, dibentuk berdasarkan UU Nomor 29 Tahun 2003 tanggal 18 Desember2003 yang merupakan hasil pemekaran Kabupaten Buton. Bombana dikenal sebagai wilayah yang dihuni oleh Suku 'Moronene' sebagai penduduk asli, salah satu etnis terbesar di Sulawesi Tenggara, dimitoskan sebagai Negeri Dewi Padi (Dewi Sri).

Konon, sang dewi pernah turun di sebuah tempat yang belakangan disebut Tau Bonto (saat ini lebih dikenal dengan penulisan Taubonto, ibukota Kecamatan Rarowatu). Dalam Bahasa Moronene, 'tau bonto' berarti tahun pembusukan, karena ketika Dewi Padi itu turun di tempat tersebut, produksi padi ladang melimpah ruah sehingga penduduk kewalahan memanennya.

Akibatnya, banyak padi tertinggal dan membusuk di ladang. Padahal, luasan ladang yang dibuka tak seberapa, hanya beberapa hektare saja untuk setiap keluarga (Referensi: https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bombana).

Pada masa Kolonial Belanda dan masa Perang Pasifik, Kabupaten Bombana pernah menjadi wilayah yang di kuasai oleh Belanda yang kemudian diambil alih oleh Jepang pada saat Jepang berhasil menguasai Kendari pada tanggal 24 Januari 1942 (Hayunira, 2013: 33; Hamado, 2018: 6). 

Sebagai sebuah wilayah yang pernah dikuasai oleh Jepang pada masa Perang Pasifik, wilayah ini menyimpan sejumlah peninggalan-peninggalan yang menjadi salah satu bukti fisik terkait keberadaan Jepang di wilayah tersebut.

Salah satu bukti fisik peninggalan Jepang yang sampai saat ini masih ditemukan di wilayah ini adalah adanya bekas lapangan udara militer Jepang yang dibangun pada masa Perang Dunia II atau yang lebih spesifik adalah Perang Pasifik. Keberadaan bekas lapangan udara tersebut, saat ini secara administratif masuk dalam wilayah Desa Laea, Kecamatan Poleang, Kabupaten Bombana.

Berdasarkan arsip laporan intelejen Sekutu yang diperoleh dari Allied Geographical Section Southwest Pacific Area, 1945 diketahui bahwa lapangan udara ini memiliki ukuran landasan pacu (Run Way) sepanjang 5.250x350 ft atau setara dengan 1.600x107 m, dibangun di atas lahan datar yang luas dan jarang ditumbuhi pohon. Laporan intelejen sekutu juga menyebutkan bahwa lapangan udara militer Jepang ini bernama Lapangan Udara Baroe (Baroe Airfield). 

Dalam laporan penelitian yang dilakukan oleh Balai Arkeologi (BALAR) Makassar pada tahun 2012, menyebutan bahwa lokasi bekas lapangan udara ini berjarak sekitar 2,8 km dari garis pantai.

Lokasi ini berbatasan dengan barisan perbukitan di sisi utara dan pantai di sisi selatan, sedangkan pada sisi timur dan barat lokasi bekas lapangan udara ini berbatasan dengan pemukiman penduduk yang cukup padat. Dalam kawasan bekas lapangan udara ini ditemukan sejumlah peninggalan berupa sebuah bunker Jepang, sebuah meriam dan benteng tanah yang berjumlah 21 buah.

Bunker adalah bangunan ruang bawah tanah yang dibuat dengan cara dicor menggunakan campuran semen, pasir dan batu serta diperkuat dengan rangka besi pada bagian dalamnya. Bangunan bunker yang berada di dalam kawasan bekas lapangan udara tersebut memiliki denah dasar berbentuk seperti huruf 'Z' dengan 1 pintu masuk. 

Dalam dunia militer, bunker merupakan bangunan perlindungan bawah tanah yang yang berfungsi sebagai tempat perlindungan, persembunyian, maupun tempat penyimpanan peralatan perang militer seperti senjata, amunisi, logistik, dll. Selain itu bangunan bunker juga dapat berfungsi sebagai ruang perkantoran tentara militer atau juga sebagai rumah sakit militer.

Bentuk 3D Bunker di Situs Baroe Airfield. Dibuat Oleh: Hamdan Hamado
Bentuk 3D Bunker di Situs Baroe Airfield. Dibuat Oleh: Hamdan Hamado
Sementara itu meriam yang terdapat di kawasan tersebut terbuat dari besi yang berwarna coklat, berbentuk tabung serta memiliki panjang 220 cm dengan diameter lubang 69 cm. Meriam ini memiliki 2 roda yang berdiameter 139 cm dengan tebal roda 48 cm. di tengah-tengah lubang meriam, terdapat banyak lubang-lubang kecil berbentuk lingkaran dengan diameter 5 cm. (BPCB Makassar, 2012: 150). Kondisi meriam ini masih cukup baik, hanya saja hampir di seluruh badan meriam ini terdapat coretan-coretan yang ditulis dengan menggunakan cat, spidol maupun piloks (pylox).

Bekas Senjata Meriam Jepang. Sumber: Hamdan Hamado
Bekas Senjata Meriam Jepang. Sumber: Hamdan Hamado
Benteng tanah dalam kawasan bekas lapangan udara ini berupa struktur benteng yang terbuat dari gundukan tanah yang sengaja di tinggikan. Dalam laporan penelitian Balai Arkeologi (BALAR) Makassar pada tahun 2012, menyebutkan bahwa benteng-benteng tanah ini dikenal dengan nama Benteng Pajongang oleh masyarakat setempat dan berjumlah 12 buah serta berbentuk setengah lingkaran (BALAR Makassar, 2012: 148). 

Sementara itu, berdasarkan hasil penelesuran (survei) yang dilakukan penulis, ternyata benteng-benteng tanah ini tidak hanya berjumlah 12 buah, akan tetapi berjumlah 21 buah dengan letak, ukuran, dan arah hadap yang berbeda-beda. Dalam dunia militer benteng tanah ini biasa dikenal dengan istilah revetment. 

Karena letaknya yang beroasiasi dengan bekas lapangan udara militer Jepang, maka menurut hemat penulis keberadaan revetment-revetment tersebut sebagian besar merupakan revetment pesawat yang dibangun Jepang pada masa Perang Dunia II atau Perang Pasifik.

Revetment pesawat dalam dunia militer didefinisikan sebagai area parkir satu pesawat atau lebih yang dikelilingi oleh dinding penahan ledakan dari tiga sisi. Dinding revetment berfungsi melindungi badan pesawat dari bahaya ledakan pesawat lain yang terjadi di sekitarnya ataupun bahaya ledakan bom yang dijatuhkan dan efek tembakan peluru (Hamado, 2018: 107).

Salah Satu Revetmen Pesawat di Situs Baroe Airfield. Sumber: Hamdan Hamado
Salah Satu Revetmen Pesawat di Situs Baroe Airfield. Sumber: Hamdan Hamado
Terkait dengan keberadaan sejumlah tinggalan masa Perang Dunia II berupa bekas lapangan udara militer yang dibangun Jepang tersebut, maka dapat dikatakan bahwa posisi Kabupaten Bombana memegang peranan yang penting bagi Jepang pada masa lalu yakni pada masa Perang Pasifik. 

Entah peranan penting seperti apa yang menjadi tujuan utama Jepang membangunan lapangan udara di daerah tersebut, akan tetapi yang perlu diketahui di sini bahwa Jepang memilih Bombana sebagai salah satu lokasi dibangunannya sarana dan prasarana militernya, karena daerah tersebut dianggap strategis secara militer. 

Hal lain yang perlu juga di ketahui bahwa selain tinggalan lapangan udara tersebut, di beberapa daerah lain di kabupaten Bombana juga memiliki sejumlah peninggalan- peninggalan lain dari masa lalu. Beberapa yang bisa disebutkan di sini adalah situs Gua Jepang atau Terowongan Bawah Tanah, situs Istana Rahawatu di Kecamatan Rarowatu, dan situs Makam Sangia Dowo di Kecamatan Poleang Utara, Kabupaten Bombana.

Dari beberapa tinggalan-tinggalan masa lalu (tinggalan arkelogis) tersebut semakin mengokohkan kabupaten Bombana sebagai salah satu wilayah yang memiliki potensi baik potensi dari segi tinggalan arkeologis serta potensi dari segi kekayaan budaya dan adat istiadat. 

Jika ditilik lebih seksama, maka potensi-potensi tersebut dapat dikembangkan menjadi sesuatu yang bisa menunjang roda perekonomian kabupaten Bombana itu sendiri.

Sebagai contoh misalkan, dengan keberadaan sejumlah tinggalan arkeologis berupa bekas lapangan udara militer Jepang yang di dalamnya mengandung beberapa bangunan pertahanan militer dan sejumlah tinggalan arkeologis lainnya, dapat dikembangan menjadi salah satu objek wisata yakni objek wisata sejarah atau wisata budaya di kabupaten tersebut.

Kendatipun kabupaten Bombana saat ini telah atau sedang mencanangkan program pengembangan sektor pariwisata akan tetapi menurut pantauan penulis, pengembangan sektor pariwisata saat ini lebih berfokus kepada wisata alam dan bahari, sedangkan wisata sejarah maupun budaya masih kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat. 

Hal ini dapat terlihat ketika penulis pernah sekali berkunjung ke sejumlah situs arkeologis di kabupaten Bombana penulis menemukan kondisi situs-situs tidak terawat bahkan terbengkalai. Padahal apabila ditilik lebih dalam dan lebih jauh, perhatian terhadap tinggalan-tinggalan arkeologis tersebut dapat membawa manfaat lebih apabila di jadikan sebagai objek-objek wisata. 

Manfaat lebih yang dimaksud di sini adalah selain untuk mendongkrak roda perekonomian di kabupaten tersebut, keberadaan objek-objek arkeologis tersebut dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi pengunjung maupun bagi generasi-genari muda di wilayah tersebut untuk lebih memahami sejarah dan lebih cinta akan kekayaan budaya warisan leluhur-leluhurnya. 

Oleh karena itu, melalui sedikit tulisan ini, penulis berharap semoga keberadaan objek-objek arkeologis di kabupaten Bombana segera mendapat perhatian yang layak dan dikembangkan dengan perencanaan pengolahan yang baik dan benar dari pemerintah maupun masyarakat setempat.

Dan penulis berharap juga untuk para pembaca semua dimanapun berada, agar mari sama-sama kita menjaga dan melestarikan tinggalan-tinggalan budaya bendawi (tinggalan arkeologis) yang notabene merupakan warisan dari para leluhur maupun warisan dari peristiwa-peristiwa penting dari masa lalu.

PUSTAKA

  • Allied Geographical Section Southwest Pacific Area. 1945. Terrain Study No. 107. Kendari
  • (Se Celebes).
  • BALAR Makassar. 2012. Laporan Penelitian. Jejak-Jejak Sejarah Kebudayaan Sulawesi
  • Tenggara Daratan.
  • Hamado, Hamdan. 2018.Tinggalan-Tinggalan Arkeologis Sarana Militer Jepang Masa Perang
  • Dunia II di Situs Lapangan Udara Ambesea Kabupaten Konawe Selatan.
  • Hayunira, Sasadara. 2013. Masa Pendudukan Jepang Di Kendari: Interpretasi Terhadap
  • Tinggalan Bangunan Jepang di Kawasan TNI AU Ranomeeto, Konawe Selatan. 
  • Sumber Internet
    https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bombana, diakses pada tanggal 21 November 2018. Pukul 02.35 AM.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun