Mohon tunggu...
Hamdali Anton
Hamdali Anton Mohon Tunggu... Guru - English Teacher

Saya adalah seorang guru bahasa Inggris biasa di kota Samarinda, Kalimantan Timur. || E-mail : hamdali.anton@gmail.com || WA: 082353613105 || Instagram Custom Case : https://www.instagram.com/salisagadget/ || YouTube: English Itu Fun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menyoal Keefektifan PJJ lewat WhatsApp dan Zoom

26 September 2020   14:21 Diperbarui: 27 September 2020   11:52 1491
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aplikasi Zoom(forbes.com via KOMPAS.COM)

Awal bulan, pertengahan bulan, akhir bulan, dan sejenisnya. Begitulah pesan kebanyakan guru sekolah sewaktu ditanyakan perihal tanggal pengumpulan.

Masalah PJJ bagi orang tua murid

Masalah PJJ bagi orang tua murid juga tidak kalah banyaknya. Ada 3 (tiga) masalah yang dihadapi orang tua murid.

1. Orang tua bingung bagaimana menjelaskan materi pelajaran

Terkadang saya juga geleng-geleng kepala melihat betapa banyaknya mata pelajaran yang dihadapi murid-murid les saya, khususnya yang bersekolah di Sekolah Dasar (SD). Kenapa? Karena terlalu banyak banyak mata pelajaran, sehingga terlalu banyak materi yang harus dihafalkan untuk menghadapi ulangan dan tugas yang bertumpuk untuk dikerjakan peserta didik.

Peserta didik harus menghafal materi pelajaran yang seabrek, mulai dari agama, bahasa Indonesia, IPS, IPA, PJOK, sampai bahasa Inggris. Meskipun katanya kurikulum 2013 “ringkas dan padat”, namun pada kenyataannya, berbagai mata pelajaran tersebut tetap ada di buku-buku tema 1, 2, 3, dan seterusnya. Tetap saja bertumpuk dan tumpang-tindih tidak jelas ujung pangkalnya.

Ananda pusing, orang tua juga ikut pusing. Saya tidak menyalahkan orang tua karena saya pun juga mengalami kepusingan yang sama.

Kebetulan saya juga mempunyai beberapa murid les yang masih bersekolah di SD, di kelas 4, 5, dan 6. Meskipun saya berprofesi sebagai guru bahasa Inggris, namun saya juga mengajar berbagai mata pelajaran SD, seperti matematika, IPS, IPA, dan lain-lain.  

Saya saja sudah kelimpungan mengajar beberapa murid les saya, apalagi orang tua yang tidak berlatar belakang pendidikan sebagai guru tentu lebih sukar lagi dalam menjelaskan materi pelajaran kepada putra-putri tercinta.

2. Orang tua tidak mempunyai pengetahuan yang memadai tentang pelajaran sekolah ananda

Sebetulnya saya merasa aneh dengan banyaknya mata pelajaran di Indonesia dan keharusan peserta didik untuk menguasai semua mata pelajaran tersebut tanpa cela. Guru saja terbagi. Ada guru yang khusus mengajar bahasa Inggris, guru agama, guru PJOK, dan lain-lain. Setiap guru mempunyai spesialisasi masing-masing.

Masa peserta didik tidak bisa seperti itu? Apakah mereka tidak bisa memilih mata pelajaran yang mereka minati saja?

Orang tua juga begitu. Mereka berasal dari latar belakang yang beraneka ragam. Ada pegawai swasta, ibu rumah tangga, tukang sayur, tukang ojek, dan lain sebagainya.  

Karena pengetahuan yang terbatas mengenai mata pelajaran yang beraneka, kebanyakan orang tua mengalami kesulitan untuk menjelaskan pada putra-putri tercinta. 

3. Orang tua juga mempunyai "pekerjaan rumah" yang harus dikerjakan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun