Hujan deras sejak sekitar jam 11 pagi. Reda sekitar pukul dua siang. Aku keluar untuk menjalankan "tugas negara". Mencerdaskan kehidupan bangsa.
Tak dinyana. Banjir dimana-mana. Olala. Air nyaris mencapai knalpot.
Menjaga keseimbangan sepeda motor. Sungguh tak mudah. Di tengah hempasan air. Bagai meniti seutas tali.
Puji Tuhan. Banjir terlewati. Aku merasa aman. Ternyata rasa itu cuma sesaat.
Ada banjir lagi di area lain dan lainnya. Sungguh menjengkelkan. Sudah 24 tahun menetap di Samarinda. Kondisi kota tetap sama saja.
Banjir jadi langganan sehabis hujan. Membuat perjalanan tidak menyenangkan. Banyak ancaman mengintai. Dari polisi tidur sampai lubang tertutup banjir.
Kapan Samarinda bebas banjir? Apakah itu akan tetap menjadi sebuah mimpi? Ataukah kelak bisa menjadi kenyataan? Aku hanya bisa berharap suatu saat Samarinda bebas banjir.
Yang jelas, para calon walikota kiranya tidak hanya beretorika. Namun perlu jelas tindakan nyata untuk Samarinda. Bereskan masalah banjir yang tak kunjung usai. Jangan malah lupa atau pura-pura lupa setelah mendapatkan jabatan.
Samarinda, 25 September 2020