Beberapa tahun terakhir, media sosial diramaikan dengan unggahan foto keluarga yang tampak harmonis dan elegan. Dengan latar belakang studio yang tematik, pencahayaan yang dramatis, dan busana yang serasi.Â
Tren ini makin populer dari hari ke hari. Tak hanya menjelang hari besar seperti Lebaran, Natal, atau Tahun Baru, foto keluarga kini jadi bagian dari gaya hidup. Bisa jadi, ini adalah sebuah cara untuk mengabadikan kebersamaan yang kian langka dalam era serba sibuk.
Di balik potret yang tampak sempurna itu, terdapat kisahnya masing-masing. Ada yang menjadikannya sebagai perayaan ulang tahun pernikahan orang tua, ada pula yang sekadar ingin mengukir kenangan manis bersama keluarga inti.
Aku sendiri termasuk orang yang awalnya hanya menikmati tren ini dari layar ponsel. Menyukai unggahan teman-teman yang menunjukkan potret mereka bersama ayah, ibu, dan saudara. Tanpa pernah terpikir bahwa suatu hari aku juga akan melakukannya. Sampai akhirnya hari ini datang. Hari di mana aku dan adik semata wayangku mengajak orang tua untuk berfoto keluarga di studio.
Aku dan adikku mengenakan setelan seragam kerja masing-masing. Ada sesuatu yang terasa istimewa dengan mengenakan pakaian yang menjadi simbol tanggung jawab kami sebagai individu dewasa dan kemudian berdiri berdampingan bersama orang-orang yang telah membesarkan kami.
Berfoto mengenakan seragam kerja bukan ajang pamer, tetapi untuk menunjukkan pada orang tua bahwa inilah hasil jerih payah mereka. Bukan soal harga seragam, tetapi soal keringat yang dikuras untuk bisa mengenakan seragam kerja.
Foto-foto mahal
Tentu saja, sesi foto ini bukan hal murah dalam arti finansial. Kami memesan jasa fotografer profesional, menyewa studio, berdandan rapi, dan menyisihkan waktu khusus di tengah kesibukan yang tiada habis. Tapi mahalnya bukan hanya di situ.
Yang lebih mahal adalah makna di balik potret itu. Disadari bahwa tidak semua orang seusiaku masih punya ayah dan ibu untuk diajak berfoto bersama. Bahwa di usiaku yang hampir 37 tahun, bisa melihat wajah kedua orang tua masih sehat dan tersenyum ke arah kamera adalah sebuah kemewahan yang tak ternilai.
Mahal karena tak semua orang punya kesempatan yang sama. Banyak temanku yang hanya bisa menatap foto lama ayah atau ibunya, atau bahkan keduanya. Ada yang hanya bisa membayangkan bagaimana rasanya duduk berdampingan dengan keluarga lengkap karena salah satu anggota telah tiada. Aku merasa beruntung.