Mohon tunggu...
Halima Maysaroh
Halima Maysaroh Mohon Tunggu... Guru - PNS at SMP PGRI Mako

Halima Maysaroh, S. Pd., Gr. IG/Threads: @hamays_official. Pseudonym: Ha Mays. The writer of Ekamatra Sajak, Asmaraloka Biru, Sang Kala, Priangga, Prima, Suaka Margacinta, Bhinneka Asa, Suryakanta Pulau Buru

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Beauty Cyberbullying: Celaan Fisik dari Perempuan untuk Perempuan Lainnya

29 Desember 2023   21:06 Diperbarui: 15 Januari 2024   04:47 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: SHUTTERSTOCK via kompas.com

Di saat para aktivis perempuan sedang memperjuangkan hak-hak perempuan melalui gerakan feminisme, justru di lain sisi perempuan pulalah yang melakukan perundungan kepada sesama perempuan. Santer para perempuan mengaungkan women support women, tetapi nyatanya fenomena women bully women merajai dunia maya.

Ujaran kebencian yang dilakukan oleh perempuan kepada perempuan lain begitu banyak ditemui di media sosial pada kolom komentar. Komentar pedas tersebut tidak jauh-jauh dari soal fisik atau kecantikan. Tindakan ini masuk kategori beauty cyberbullying.

Sebagai contoh kasus terbaru, beberapa hari yang lalu, Stephanie Poetri, putri diva Indonesia Titi DJ mengalami tindakan body shaming di kolom komentar media sosial. Pada unggahan video di Instagram menanyangkan Stephanie sedang melakukan review makanan dan minuman khas Indonesia yaitu opor dan jus alpukat di New York. Pada unggahan lainnya juga Stephanie meminum jamu khas Indonesia.

Di video pendek tersebut anak Diva Indonesia ini tampak mempromosikan kelezatan makanan dan minuman khas Indonesia ke depan dunia. Beberapa komentar penasaran akan kelezatannya ditulis oleh orang-orang asing atau teman-teman Stephanie di Amerika. Lalu apa yang dilakukan netizen Indonesia? Banggakah? Memujikah? Nyatanya berbanding terbalik.

Netizen Indonesia berbondong-bondong menuliskan komentar tak layak yang merujuk pada body shaming atau celaan fisik. Netizen Indonesia tidak menangkap nilai isi konten, justru menilai bentuk tubuh Stephanie sampai ke berat badan pun dikomentari. Bahkan ada yang membandingkan bentuk tubuh Stephanie dengan sang bunda. Ada yang menyarankan untuk diet dan olahraga lebih ketat dengan dalih perhatian kepada Stephanie. Perhatian soal bentuk tubuh di kolom publik, etiskah? Siapakah pelaku beauty cyberbullying ini? Iya, mereka sesama kaum perempuan yang berselancar di dunia maya, tepatnya di Instagram.   

 Apa itu beauty cyberbullying?


Kasus yang diangkat di atas hanyalah salah satu dari sekian banyak perlakuan hate comment di sosial media. Jika itu perempuan, kebanyakan merujuk pada fisik dan kecantikan. Perilaku ini dapat disebut beauty cyberbullying.

Beauty cyberbullying dapat diartikan perundungan fisik yang dilakukan di dunia maya. Dilansir dari Beutynesia bahwa beauty cyberbullying adalah komentar negatif yang menghina, menyindir dan sifatnya mengintimidasi dalam ranah kecantikan seperti wajah atau tubuh.

Beauty cyberbullying bukan hanya celaan yang merujuk pada wajah dan bentuk tubuh. Tetapi juga pada penampilan seperti riasan, gaya rambut, model pakaian yang dikenakan dan lain-lain. Yang lagi-lagi umumnya dilakukan oleh perempuan dan untuk perempuan.

Selain kerap melihat tindakan beauty bullying yang biasanya dialami oleh publik figur, mungkin diri kita sendiri pernah mengalaminya. Baik secara langsung, maupun secara daring di dunia maya.

Motivasi pelaku beauty cyberbullying

Entah apa untungnya melakukan beauty cyberbullying untuk sesama perempuan. Toh andai hal itu berbalik pada diri sendiri juga tidak akan menyenangkan, bukan? Jika perempuan menjatuhkan sesama perempuan, siapa yang akan bersama-sama memperjuangkan hak perempuan?

Dari sini ada rasa penasaran, mengapa perundungan fisik itu bisa terjadi kepada sesama perempuan. Rasanya sama saja motivasi beauty cyberbullying dengan beauty bullying yang dilakukan di dunia nyata. Sasarannya sama-sama fisik, tubuh, kecantikan dan penampilan.

Para pelaku bully itu bisa saja sebab cemburu terhadap perempuan lain. Cemburu dari segi apapun, misalnya cemburu soal pencapaian. Hal itu dapat memicu untuk merendahkan perempuan lain agar dirinya tampak lebih baik.

Kehidupan para pelaku perundungan bisa saja karena hidupnya tidak bahagia. Banyak yang berpikir bahwa hate comment dilakukan oleh orang yang tidak bahagia, dan tidak bahagia itu adalah orang-orang miskin. Orang yang tidak bahagia bukan berarti tidak kaya raya atau miskin. Orang kaya juga masih banyak yang tidak bahagia. Terbukti dengan banyaknya orang kaya yang kecanduan obat terlarang karena mencari ketenangan. Intinya dari segala kalangan yang tidak bahagia, melampiaskan ketidakbahagiaannya kepada orang lain di dunia maya sekalipun.

Kemungkinan berikutnya adalah pelaku bully itu mungkin saja pernah menjadi korban. Ada korban bully yang justru penjadi aktivis pencegahan bullying. Tetapi ada pula yang justru ingin balas dendam untuk melakukan bullying. Mereka membabi buta melakukan perundungan kepada siapa saja.

Sebab berikutan adalah bisa jadi pelaku perundungan itu hanya ikut-ikutan. Melihat banyak ujaran kebencian di kolom komentar dari unggahan seseorang, maka ikut-ikutlah berkomentar yang tidak baik. Orang seperti ini, mungkin saja telah terbiasa mendengar dari lingkungan sekitar yang berkata kotor dan kasar. Seperti kasusnya anak perempuan dari artis Indonesia yang masih balita dicela fisiknya. Setelah diusut, pengakuan pelaku yang juga seorang ibu, sebabnya adalah ikut-ikutan melihat ujaran kebencian untuk anak artis tersebut. 

Jika melakukan celaan fisik secara langsung mungkin akan berisiko ribut secara tatap muka, maka banyak yang mengambil jalan pintas melalui dunia maya yaitu beauty cyberbullying. Apapun bentuk celaan fisiknya, di mana pun mencelanya, siapapun yang dicela, semua tidak patut terjadi pada perempuan apalagi pelakunya juga perempuan.

Cara melindungi diri dari beauty cyberbullying

Adanya perilaku beauty cyberbullying bisa saja dapat mengakibatkan menurunnya rasa percaya diri seorang perempuan dalam mengekspresikan diri di sosial media. Perempuan-perempuan jadi enggan bersuara di jagat maya. Padalah dari situlah perempuan dapat melakukan personal branding untuk dirinya.

Jika terdapat teman, orang yang dikenal, keluarga atau bahkan diri sendiri menerima perlakukan beauty cyberbullying, segera lindungi diri sebelum berakibat fatal untuk fisik dan mental.

Ketika menerima perlakuan beauty cyberbullying pada salah satu fisik, lekas blokir saja akun pelaku sebelum semakin menjadi-jadi. Jangan lupa untuk report akun tersebut dan sertakan alasan pada kolom aduan di sosial media.

Sebelum melakukan blokir dan report, sebaiknya lakukan tangkap layar pada komentar atau direct message yang berisi celaan tersebut. Siapa tahu setelah memblokir dan report akun pelaku, akan dilanjutkan dengan melaporkannya ke pihak yang berwajib. Hasil tangkap layar tersebut dapat menjadi barang bukti.

Berikutnya, privasi akun dan hanya menerima pertemanan dengan orang-orang terpercaya saja. Hal ini dapat dilakukan untuk akun-akun personal saja. Jika akun sosial media adalah akun bisnis atau akun profesional, tentu tidak dapat melakukan privasi dan pilih-pilih teman.

Cara melindungi diri pada akun professional adalah dengan melakukan filter dipengaturan. Filter kata-kata apa yang tidak diinginkan untuk muncul di kolom komentar dan direct message. Maka ketika seseorang hendak mengirim kata-kata kotor yang sudah difilter, tidak akan muncul dan tidak terkirim. Saya melakukan filter ujaran kebencian ini di instagram sejak 3 tahun silam.

Demikian ulasan terkait beauty cyberbullying dan cara melindungi diri dari pelaku bullying tersebut. Jika sulit untuk menghentikan perilaku beauty cyberbullying, setidaknya diri kita sendiri tidak melakukannya. Putus mata rantai beauty cyberbullying dari diri kita sendiri untuk tidak menjadi korban dan tidak menjadi pelaku.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun