5. Ego Pengawas: Mencari Temuan agar Dianggap Bekerja
Ada pula masalah insentif psikologis. Sebagian pengawas merasa buruk citranya bila tidak menemukan kesalahan. Akibatnya, mereka mencari-cari celah kecil agar ada "produk temuan". Padahal, temuan yang dipaksakan tidak memberi nilai tambah dan hanya merusak suasana kerja. W. Edwards Deming, pelopor manajemen kualitas, pernah berkata: "The aim of supervision should be to help people and machines do a better job." Artinya, pengawasan seharusnya membuat orang bekerja lebih baik, bukan sekadar menghasilkan laporan penuh kesalahan.
6. Lemahnya Hukuman, Ribetnya Pengawasan
Ironisnya, pada sisi lain, ketika pengawas benar-benar menemukan pelanggaran serius---korupsi, manipulasi laporan, atau penyelewengan---hukuman yang diberikan justru sering lemah. Kita jadi punya dua masalah: pengawasan ribet pada hal-hal kecil, tapi lembek ketika menghadapi kecurangan besar. Di sinilah esensi penegakan hukum harus diperkuat. Pengawasan tidak boleh berhenti pada administrasi. Ia harus diikuti dengan tindak lanjut yang jelas, konsisten, dan tegas. Tanpa hukuman yang setimpal, pengawasan hanya akan jadi ritual tanpa makna.
Menuju Pengawasan yang Sehat
Agar pengawasan benar-benar membantu, ada beberapa prinsip sederhana:
- Silent but strong: hadir tanpa mengganggu pekerjaan inti.
- Data-driven: gunakan akses data real-time, bukan dokumen manual.
- Substantive understanding: pahami substansi dan konteks, bukan sekadar teks aturan.
- Constructive, not destructive: temuan diarahkan untuk perbaikan, bukan sekadar menonjolkan kesalahan.
- Firm on fraud: tegas pada manipulasi dan korupsi, bukan pada kesalahan kecil yang tidak substansial.
Penutup
Pengawasan tetap penting. Tanpa pengawasan, penyimpangan mudah tumbuh. Tetapi pengawasan yang terlalu ribet justru menghambat organisasi dalam menghasilkan output yang seharusnya bermanfaat bagi publik. Seorang pengawas yang bijak bukanlah yang sibuk mencari kesalahan kecil, melainkan yang berfokus memperbaiki sistem. John Wooden, pelatih basket legendaris, pernah berkata: "A good coach can change a game. A great coach can change a life." Sama halnya dengan pengawasan yang baik sekadar menemukan kesalahan, tapi yang hebat mampu mengubah sistem agar lebih efisien, adil, dan bermanfaat. Kalau pengawasan bisa diarahkan ke sana, kita tidak hanya menjaga akuntabilitas, tetapi juga memastikan organisasi tetap produktif, layanan publik lancar, dan masyarakat benar-benar mendapatkan manfaat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI