Mohon tunggu...
Halim Pratama
Halim Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - manusia biasa yang saling mengingatkan

sebagai makhluk sosial, mari kita saling mengingatkan dan menjaga toleransi antar sesama

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menguatkan Wawasan Kebangsaan untuk Menangkal Radikalisme

1 Desember 2019   01:22 Diperbarui: 1 Desember 2019   01:37 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Damai - jalandamai.org

Persoalan radikalisme tidak hanya dihadapi oleh Indonesia, tapi seluruh negara di dunia. Di Indonesia sendiri, radikalisme terus berkembang dengan berbagai macam bentuknya.

Radikalisme tidak hanya sebatas rekrutmen secara eksklusive, tapi juga telah menyusup melalui media sosial. Radikalisme telah menyesuaikan perkembangan zaman, yang terkadang membuat kita tidak menyadarinya.

Melalui kecanggihan teknologi, radikalisme telah begitu mudah mempengaruhi pola pikir seseorang. Dan ketika pola pikirnya terganggu, maka disitulah awal mulai gangguan itu terjadi. Masyarakat ang awalmnya ramah jadi mudah marah.

Masyarakatnya yang awalnya bisa saling menghargai dan menghormati, bisa berubah saling membenci. Kerukunan yang selama ini bisa kita lihat disekitar, berubah menjadi kebencian yang tak terkendali. Kebencian yang terus termakan oleh provokasi itu, kemudian melahirkan amarah yang berujung pada persekusi.

Karena telah terpapar ideologi radikalisme, tidak sedikit membuat banyak anak muda berubah. Berawal dari radikalisme, segala adat istiadat dan nilai-nilai kearifan lokal yang adi negeri ini menjadi terganggu.

Segala sesuatunya dianggap sebagai sesuatu yang salah, kafir dan segala macamnya. Segala kemudahan yang ditawarkan oleh ajaran agama, mendadak menjadi hal yang sulit karena pemahaman yang salah. Indonesia bukanlah negara Islam, atau negara non Islam. Indonesia adalah negara beragama, yang mengakui banyak agama.

Mari kita lihat sejarah sebentar. Ketika Islam masuk ke tanah Jawa, tidak pernah menggunakan kekerasan. Para Wali Songo telah berhasil menjelaskan bahwa Islam bukanlah agama yang menawarkan kekerasan. Islam juga bukanlah agama yang melahirkan perilaku yang tidak menyenangkan.

Sebaliknya, Islam dan semua agama yang ada di Indonesia, tidak pernah menganjurkan pemeluknya untuk saling membenci, saling menyakiti, ataupun saling melakukan persekusi.

Di sisi lain, ada juga budaya, adat istiadat dan agama yang juga melekat pada diri setiap masyarakat Indonesia. Karena itulah, memahami setiap adat istiadat dan budaya yang melekat di sekitar kita, penting untuk dilakukan.

Jangan sampai generasi penerus bangsa, sama sekali tidak mengetahui tentang adat istiadat dan budaya negaranya. Seperti kita tahu,  adat istiadat dan budaya yang berkembang juga merupkan nilai-nilai yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sosial.

Generasi milenial tidak boleh lupa akan sejarah. Generasi milenial harus bisa memahami tentang sejarah dan paham kebangsaan tentang Indonesia. Bahkan presiden pertama kita Bung Karno sempat mengatakan jangan lupakan sejarah, atau jas merah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun