Gambaran "matahari digulung" (idza syamsu kuwwirat) secara metaforis bisa dikaitkan dengan fenomena black hole dalam ilmu astrofisika, walaupun secara teknis tidak terjadi pada matahari kita karena massanya tidak cukup besar. Namun, mari kita lihat keterkaitannya dari sudut pandang ilmiah dan tafsir reflektif:
Black hole (lubang hitam) adalah objek kosmik dengan gravitasi yang sangat kuat, sehingga bahkan cahaya tidak bisa lolos darinya. Ia terbentuk dari runtuhnya bintang raksasa yang sangat besar setelah kehabisan bahan bakarnya.
2. Proses Terbentuknya Black Hole: Seperti "Digulung"?
Saat bintang supermasif kehabisan energi:
- Intinya kolaps atau runtuh ke dalam karena tak mampu menahan gaya gravitasinya sendiri.
- Lapisan luar bintang juga tertarik masuk dengan kecepatan spiral seperti air tersedot ke saluran pembuangan.
- Proses ini sangat cepat dan kuat, menciptakan pusaran spiral yang secara visual bisa dibayangkan seperti "menggulung" atau "melipat" bintang tersebut.
Metafora "digulung seperti tikar" cocok digunakan di sini.
3. Apakah Matahari Bisa Masuk ke Black Hole?
Secara ilmiah:
- Matahari kita tidak cukup masif untuk membentuk black hole.
- Namun, secara teori, jika ada black hole supermasif mendekat, maka ia bisa:
- Menyedot matahari.
- Menghancurkan dan menggulungnya dalam tarikan spiral yang kuat.
- Cahaya dan energi matahari akan hilang total --- seolah benar-benar "digulung dan dimatikan."
4. Keterkaitan dengan Ayat dan Refleksi Spiritual
Walaupun Al-Qur'an tidak menyebut istilah "black hole" (karena konsep itu belum dikenal saat itu), ayat "matahari digulung":
- Bisa dimaknai sebagai pengakhiran fungsi dan eksistensi matahari.
- Bisa dibayangkan seperti:
- Matahari ditarik masuk ke kekuatan dahsyat (seperti black hole).
- Cahaya lenyap, waktu siang pun hilang.