Lingkungan yang Tidak Mendukung Keikhlasan
Jika seseorang tumbuh di lingkungan yang mengutamakan pencitraan dan pujian, ia bisa terbiasa melakukan sesuatu bukan karena Allah, melainkan untuk mendapat pengakuan sosial.
Kurangnya Muhasabah (Introspeksi Diri)
Orang yang jarang mengoreksi niatnya bisa mudah terjebak dalam riya' dan sum'ah. Padahal, para ulama selalu mengajarkan pentingnya menjaga niat sebelum, saat, dan setelah beramal.
3. Mengapa Bisa Terjadi pada Orang Berilmu?
Bahkan orang berilmu pun tidak kebal dari riya' dan sum'ah. Beberapa alasan mengapa mereka bisa terjebak:
Ilmu Bisa Menjadi Sarana Mendapatkan Pujian
Orang yang memiliki ilmu sering dihormati dan dipuji. Jika tidak berhati-hati, ia bisa tergoda untuk memamerkan ilmunya agar dikagumi.Merasa Lebih Mulia dari Orang Lain
Ilmu bisa membuat seseorang merasa lebih tinggi dari yang lain, sehingga muncul keinginan untuk menunjukkan kehebatannya.Dakwah yang Berorientasi pada Popularitas
Dalam dunia modern, orang berilmu bisa tergoda untuk mengejar ketenaran di media sosial atau forum publik, sehingga dakwahnya lebih berorientasi pada "like" dan "views" daripada keikhlasan.Lalai dalam Mengoreksi Niat
Orang berilmu mungkin sibuk berdakwah, mengajar, atau menulis, tetapi jika tidak sering mengoreksi niatnya, ia bisa terjerumus ke dalam riya' tanpa sadar.
Kesimpulan
Riya' dan sum'ah adalah penyakit hati yang bisa menimpa siapa saja, termasuk orang berilmu. Penyebab utamanya adalah keinginan mendapatkan pengakuan manusia lebih dari ridha Allah. Oleh karena itu, kita harus selalu menjaga keikhlasan dengan muhasabah, berdoa agar dijauhkan dari sifat ini, serta mengingat bahwa hanya Allah yang berhak memberi pahala atas amal kita.
Bagaimana menurut Anda? Apakah ada contoh riya' dan sum'ah di sekitar kita yang perlu kita waspadai?