Awal Pertemuan dan Hubungan
Syarifah Nawawi adalah seorang perempuan dari Sumatera Barat, berasal dari keluarga terpandang. Tan Malaka dan Syarifah bertemu saat Tan Malaka masih aktif dalam dunia pendidikan dan perjuangan politik di awal abad ke-20. Konon, hubungan mereka berkembang secara alami, di mana Tan Malaka jatuh cinta pada kecerdasan dan kepribadian Syarifah.
Meski memiliki latar belakang yang sama sebagai orang Minang, kisah cinta mereka tidak berjalan mulus. Perjuangan politik Tan Malaka membuatnya terus bergerak dan bersembunyi, sehingga sulit bagi keduanya untuk menjalin hubungan yang stabil.
Rintangan dan Perpisahan
Hubungan Tan Malaka dan Syarifah dihadapkan pada tantangan besar, terutama karena Tan Malaka lebih memilih perjuangan dibandingkan kehidupan pribadi.
- Fokus pada Perjuangan: Tan Malaka adalah sosok yang sangat berdedikasi pada cita-citanya untuk memerdekakan Indonesia. Ia sadar bahwa memiliki keluarga bisa menjadi penghalang dalam perjuangannya, karena keluarganya bisa menjadi target penjajah.
- Pelarian dan Pengasingan: Sejak menjadi buronan Belanda dan kemudian berjuang melawan berbagai pihak yang dianggap melemahkan revolusi, Tan Malaka harus sering berpindah-pindah negara. Hal ini membuatnya sulit menjalin hubungan yang serius dengan siapa pun, termasuk Syarifah.
- Tidak Menikah: Karena terus dalam pelarian, Tan Malaka tidak pernah menikahi Syarifah, meskipun konon keduanya memiliki perasaan yang mendalam satu sama lain.
Akhir Kisah
Hubungan mereka akhirnya kandas bukan karena kehilangan cinta, tetapi karena keadaan. Tan Malaka memilih jalan revolusi, sementara Syarifah harus menjalani kehidupan tanpa pria yang dicintainya.
Tan Malaka menghabiskan hidupnya sebagai seorang petualang politik, tanpa istri dan keluarga. Hingga akhir hayatnya, tidak ada catatan bahwa ia pernah menikah atau memiliki keturunan. Kisah cintanya dengan Syarifah Nawawi tetap menjadi kisah yang tak terselesaikan---sebuah romansa yang terhalang oleh perjuangan dan pengorbanan untuk bangsa.
Kisah ini menunjukkan bahwa bahkan seorang revolusioner sekelas Tan Malaka pun tidak kebal terhadap perasaan cinta, tetapi ia memilih untuk mengorbankannya demi cita-cita yang lebih besar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI