Kasus:
- Saat harga minyak goreng melonjak tajam pada 2022, banyak pejabat dan pengusaha besar yang justru menimbun stok dan bermain di pasar ekspor.
- Padahal, pemerintah sudah memberikan subsidi untuk minyak goreng murah, tapi justru diselewengkan oleh mafia minyak goreng.
- Pejabat Kementerian Perdagangan juga diduga ikut terlibat dalam permainan mafia ini.
Dampak:
- Rakyat kecil kesulitan mendapatkan minyak goreng dengan harga terjangkau.
- Industri kecil seperti penjual gorengan mengalami kerugian besar.
- Oligarki pangan semakin kuat, mengendalikan harga bahan pokok demi keuntungan pribadi.
5. Politik Dinasti Banten: Satu Keluarga Kuasai Provinsi, Rakyat Tetap Miskin
Kasus:
- Keluarga Ratu Atut Chosiyah membangun politik dinasti di Banten sejak era reformasi.
- Semua jabatan strategis, dari gubernur, bupati, hingga anggota DPRD, diisi oleh keluarga besar Atut.
- Hampir semua anggota keluarganya terjerat kasus korupsi, termasuk proyek infrastruktur dan suap hakim Mahkamah Konstitusi.
Dampak:
- Banten tetap menjadi salah satu provinsi dengan angka kemiskinan tinggi, meskipun berada dekat dengan ibu kota Jakarta.
- Proyek infrastruktur banyak yang mangkrak atau kualitasnya buruk.
- Demokrasi di Banten terhambat, karena sulit bagi calon lain untuk bersaing melawan politik dinasti.
6. Korupsi Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung: BUMN Rugi, Utang Membengkak
Kasus:
- Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung dikerjakan dengan dana besar, tetapi manajemen keuangannya kacau.
- Biaya proyek awalnya diperkirakan sekitar Rp86 triliun, namun membengkak menjadi Rp114 triliun.
- Banyak indikasi pemborosan dan korupsi dalam pengadaan lahan, pembelian material, dan manajemen proyek.
Dampak:
- BUMN Indonesia (PT KAI, WIKA, dsb.) harus menanggung utang besar.
- Pemerintah akhirnya menggunakan APBN (uang rakyat) untuk menutupi kekurangan biaya, padahal awalnya dijanjikan tidak akan menggunakan dana negara.
- Masyarakat masih belum mendapatkan manfaat nyata, sementara harga tiketnya diperkirakan mahal dan sulit diakses oleh rakyat kecil.
Kesimpulan: Rakyat yang Selalu Menanggung Akibatnya
Dari kasus-kasus ekstrem di atas, jelas bahwa biaya politik yang mahal membuat pejabat mencari cara untuk mengembalikan modal mereka melalui korupsi dan kebijakan yang merugikan rakyat.
Beberapa pola yang selalu terjadi:
- Anggaran publik diselewengkan, sehingga fasilitas dan layanan publik tidak maksimal.
- Politik dinasti dan oligarki semakin kuat, membuat perubahan sistem menjadi sulit.
- Harga kebutuhan pokok sering dimanipulasi, menyebabkan rakyat kecil kesulitan.
- BUMN dan negara menanggung utang besar, yang akhirnya dibayar dengan pajak rakyat.
Tanpa reformasi politik yang serius, kasus-kasus serupa akan terus terjadi, dan rakyat kecil yang selalu menjadi korban utama.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!