Kurangnya Partisipasi Masyarakat
Ketidakpedulian masyarakat atau ketakutan melaporkan praktik KKN menyebabkan pelaku semakin leluasa melakukan penyimpangan.
Tidak Ada Perlindungan bagi Pelapor (Whistleblower)
Orang yang melaporkan KKN sering kali mendapatkan ancaman atau tekanan, sehingga membuat orang enggan untuk melaporkan kasus korupsi.
Kurangnya Pendidikan Anti-Korupsi
Pendidikan yang tidak menanamkan nilai-nilai anti-korupsi sejak dini menyebabkan banyak orang tidak memahami pentingnya integritas dalam kehidupan bermasyarakat.
Minimnya Pengawasan Internal dan Eksternal
Jika lembaga pengawasan internal (inspektorat, auditor) dan eksternal (KPK, LSM, media) tidak berfungsi dengan baik, maka KKN semakin sulit dicegah.
KKN terjadi karena adanya penyebab utama, faktor yang mempercepat, serta kurangnya mekanisme pencegahan yang kuat. Untuk mengatasi KKN, diperlukan perbaikan dalam sistem hukum, budaya kerja yang berintegritas, serta peningkatan pengawasan dan partisipasi masyarakat.
Bagaimana AI bisa dimanfaatkan dalam pemberantasan KKN melalui faktor, unsur dan aspek-aspek nya ?
Dari aspek apa saja dan bagaimana implementasinya ?Â
Artificial Intelligence (AI) dapat dimanfaatkan dalam pemberantasan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) dari berbagai aspek, mulai dari pencegahan hingga penegakan hukum. Berikut adalah beberapa aspek dan implementasi AI dalam pemberantasan KKN:
1. Aspek Pencegahan
AI dapat digunakan untuk mencegah terjadinya KKN dengan mendeteksi potensi penyimpangan sebelum terjadi.
a. Analisis Data untuk Deteksi Pola Mencurigakan
Implementasi:
- AI dapat menganalisis transaksi keuangan, kontrak, atau laporan anggaran untuk menemukan pola mencurigakan seperti pengeluaran tidak wajar atau transaksi berulang ke pihak yang sama.
- Contoh: Machine learning dapat digunakan untuk mengidentifikasi pengadaan barang yang di-mark-up atau adanya konflik kepentingan dalam proyek pemerintah.