Saat lampu kembali menyala, Ara sudah berada di lobi penginapan. Anehnya, jam dinding menunjukkan pukul 09.00 pagi, dan resepsionis yang sama duduk di mejanya seolah tidak terjadi apa-apa.
"Selamat pagi, Nona. Apakah Anda sudah nyaman tidur di kamar 26?" tanya resepsionis dengan senyum datar.
Ara bingung.
"Bukan... saya menginap di kamar 27."
Wajah resepsionis itu menegang. Perlahan ia menjawab:
"Nona... kamar 27 sudah disegel sejak 20 tahun lalu, setelah kebakaran yang menewaskan semua tamu di dalamnya. Tidak ada lagi yang boleh masuk."
Ara tercekat. Ia membuka tasnya, ingin menunjukkan rekaman kameranya semalam. Tapi anehnya, kamera itu kosong. Tidak ada file, tidak ada video, tidak ada bukti. Hanya ada kartu nama Radith yang kini tampak gosong di tepinya.
Dan ketika Ara menatap pantulan kaca di lobi, ia melihat sesuatu yang membuatnya membeku. Di cermin itu, bukan dirinya yang berdiri. Melainkan sosok wanita pucat dengan mata hitam pekat, mengenakan pakaian hangus terbakar.
Wanita pucat dengan mata hitam pekat itu tersenyum dingin, seakan siap keluar menggantikan dirinya.
(bersambung ...)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI