Mohon tunggu...
Hajad Priyadi
Hajad Priyadi Mohon Tunggu... Guru SMK HangTuah 2 Jakarta

Saya Hajad Priyadi, seorang pendidik yang suka baca dan nulis apa saja

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Saat Syukurku Tertinggal, Ampunan Allah Menyambut

23 Agustus 2025   08:25 Diperbarui: 7 September 2025   00:22 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Dok. Pribadi (AI Generated)

Betapa luas kasih-Mu, ya Allah,
sementara hatiku kerap sempit oleh keluh.
Sejak fajar membuka mata,
setiap hembusan napas adalah anugerah-Mu,
denyut jantung adalah karunia-Mu,
dan setiap langkah tak lepas dari tuntunan-Mu.

Rahmat-Mu terus mengalir deras,
namun sering aku lalai menampungnya dalam syukur.
Lidahku kaku untuk memuji,
hatiku beku untuk berterima kasih.

Kucoba menghitung nikmat-Mu,
tapi tak pernah mampu kuselesaikan.
Syukurku hanyalah butir pasir,
sementara nikmat-Mu seluas samudera.
Sungguh aku malu, ya Rabb,
sebab ma’siatku lebih sering,
kelalaianku lebih banyak daripada ingat.

Engkau telah berfirman:
"Jika kamu menghitung nikmat Allah,
niscaya kamu takkan mampu menghitungnya."
(QS. Ibrahim: 34)

Ayat itu mengetuk jiwaku.
Di setiap doa aku meminta,
di setiap hajat aku merintih,
di setiap takut aku merayu.
Namun ketika Engkau beri, aku sering lupa.
Ketika Engkau kabulkan, aku mudah lalai.
Betapa kecil diriku di hadapan-Mu,
betapa hina bila Engkau menutup pintu ampunan.

Ya Rabb,
andaikan Engkau membalas setiap kelalaian,
niscaya binasalah aku tanpa sisa.
Jika Engkau menutup jalan ampunan,
tak ada lagi harapan bagi jiwa yang lemah ini.
Namun Engkau penuh kasih,
selalu membuka jalan taubat,
meski aku datang berulang kali,
membawa dosa yang sama.

Hari ini aku bersujud panjang,
menyeka air mata penyesalan.
Aku ingin sujudku bukan sekadar gerakan.
Aku ingin syukurku bukan hanya kata.
Aku ingin dzikirku benar-benar hidup,
bukan sekadar bunyi di bibir.

Ampunilah langkah yang tersesat,
ampunilah hati yang lalai,
ampunilah jiwa yang rapuh.

Maka lirih kuucap doa:
“Ya Allah, ampunilah dosaku yang lalu dan yang akan datang,
yang kuperbuat dalam terang maupun dalam sepi.
Jadikan aku hamba yang pandai bersyukur,
tabah dalam sabar,
dan istiqamah dalam taat.
Terimalah sujudku yang lemah ini,
dan jadikan sisa umurku penuh syukur dan ampunan.”

Karena hanya kepada-Mu aku kembali,
dalam kasih-Mu aku berharap,
dengan rahmat-Mu aku ingin tenang,
dan dalam ampunan-Mu aku ingin pulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun